Kekhawatiran Warga
Meski mayoritas setuju, kekhawatiran warga masih muncul, terutama terkait risiko kecelakaan reaktor, dampak jarak dengan aktivitas nelayan, konservasi penyu dan kualitas ekosistem perairan
Selain itu, muncul fenomena ‘Not In My Backyard (NIMBY)’, di mana warga mendukung pembangunan PLTN namun enggan lokasinya terlalu dekat dengan permukiman.
Dalam sesi kualitatif, masyarakat meminta informasi yang transparan, mudah dipahami, pelibatan dalam sosialisasi, hingga agen edukasi tingkat desa. Program pemberdayaan ekonomi sejak pra-konstruksi dinilai penting untuk menumbuhkan rasa memiliki.
“Sebagian gejolak muncul karena warga merasa tidak mendapat cukup informasi,” ungkap Sri Hastjarjo.
Dengan tingkat penerimaan mencapai 85,71%, proyek PLTN Thorcon 500 dinilai memiliki dasar sosial yang kokoh untuk dilanjutkan. Meski begitu, Sri menegaskan bahwa komunikasi dan keterlibatan masyarakat adalah faktor krusial.
“Yang diperlukan hanyalah komunikasi lebih terbuka dan pelibatan masyarakat agar mereka bukan hanya menjadi penonton, tetapi ikut menikmati manfaat pembangunan ini,” pungkasnya.
BACA JUGA: Regulasi PLTN Mandek, Direktur Thorcon Beberkan Dua Isu yang Jarang Dibahas
Sebagai informasi, FGD Elite Nasional tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh energi dan pemangku kepentingan, antara lain Satya Widya Yudha selaku Anggota Dewan Energi Nasional (DEN); Agus Puji Prasetyo, mantan anggota DEN; Zulfiandri dan Hendra Subekti dari Bapeten; Edi Junedi dan Evita dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM; Sudi Aryanto dari BRIN; Alif dari Ditjen Gatrik Kementerian ESDM; serta Arnold Soetrisnanto, Ketua Umum Masyarakat Energi Baru Nuklir Indonesia (MEBNI).






