Jakarta – Industri kakao Indonesia memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun global. Namun, tantangan dalam mempertahankan posisi di pasar dunia masih ada. Kolaborasi sektor publik dan swasta sangat diperlukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kakao Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menekankan pentingnya pengembangan kakao premium melalui transformasi sektor kakao.
BACA JUGA: Menangkan Sengketa Dagang Kelapa Sawit, Mendag Geram hingga Beri Respon Ini
Salah satu langkah nyata adalah program Transforming the Cocoa Sector in Indonesia through Value Addition for Smallholders (TRACTIONS).
Selan iyu, program ini melibatkan konsorsium Rainforest Alliance, Rikolto, Kalimajari, Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana, dan Valrhona. Selain itu, tujuh koperasi mitra juga menjadi penerima manfaat program.
“Kolaborasi sektor publik dan swasta sangat penting untuk memastikan kakao Indonesia unggul dalam kuantitas dan kualitas,” kata Putu Juli Ardika, Minggu (18/1/2025).
Dampak Penurunan Produksi Kakao
Selanjutnya, Putu mengungkapkan, produksi biji kakao yang menurun berdampak pada posisi Indonesia di pasar global. Dari produsen kakao terbesar ke-4 dunia, kini Indonesia berada di peringkat ke-7. Oleh karenanya, penurunan ini turut memengaruhi industri pengolahan kakao dan cokelat yang kekurangan bahan baku.






