RUANGBICARA.co.id – Ketika film thriller geopolitik karya sutradara peraih Oscar, Kathryn Bigelow, berjudul A House of Dynamite dirilis secara global di Netflix pada 24 Oktober 2025, harapan publik melambung tinggi.
Dengan deretan bintang besar seperti Idris Elba dan Rebecca Ferguson, ditambah kisah ancaman rudal nuklir yang mencekam, film ini seolah menjadi jaminan tontonan spektakuler.
BACA JUGA: Heboh! Sabyan Gambus Umumkan Hiatus, Publik Ramai Bahas Isu Nissa Hamil Anak Ayus
Namun kenyataannya, skor penonton di Google justru menunjukkan banyak ulasan negatif. Tak sedikit yang memberi satu bintang penuh rasa kecewa. Lantas, apa yang membuat film ini gagal memenuhi ekspektasi? Berikut lima alasannya.
1. Struktur Narasi
Pertama, banyak penonton mengeluhkan struktur cerita yang terasa membingungkan. Film ini menceritakan ulang rentang waktu krisis yang sama selama 18–20 menit dari tiga sudut pandang berbeda — White House Situation Room, Komando Strategis AS, dan Presiden.
Alih-alih menegangkan, pola berulang ini justru membuat sebagian penonton merasa terjebak dalam “loop” cerita yang melelahkan. Seorang pengguna media sosial menulis, “Babak kedua… tidak menambah apa pun pada cerita.”
Karena itu, tensi yang semula menjanjikan di awal film perlahan memudar. Tak heran jika banyak yang kemudian memberikan ulasan bintang satu sebagai bentuk kekecewaan.
2. Akhir Cerita
Selain struktur, akhir cerita juga menuai kritik. Bigelow memilih menutup filmnya dengan akhir terbuka yang filosofis, bukan ledakan besar atau penyelesaian tuntas. Ia ingin penonton merenungkan realitas ancaman nuklir, bukan sekadar menikmati hiburan semata.
Sayangnya, pendekatan itu justru membuat banyak orang kebingungan. Banyak penonton bertanya, “Apa sebenarnya yang terjadi di akhir?” atau “Siapa yang menembak?”
Sejumlah media pun menulis ulasan pedas, seperti:
“Tidak peduli siapa yang menonton… data menunjukkan tidak ada jalan keluar selain kemerosotan.”
“Itu membuat Anda merasa seperti terkubur dalam gubuk kekecewaan.”
Ketika penonton mengharapkan ending besar nan jelas, film ini justru memilih bertanya daripada menjawab. Akibatnya, rasa tidak puas pun meluas di berbagai platform ulasan.






