Asfifuddin, Perekat Masyarakat Pidie di Perantauan

RUANGBICARA.co.id – Lima menit jelang adzan Maghrib berkumandang, pria berbaju batik bernuansa kuning kecokelatan dan berkopiah hitam datang beserta rombongan. Seketika itu pula, puluhan orang berdiri dari tempat duduknya dan berusaha berjabat tangan seraya mencium tangan pria itu.

Peristiwa itu terjadi pada acara buka puasa bersama Keluarga Ureung Pidie atau disingkat KUPI yang digelar di Klub Eksekutif Persada, Halim, Jakarta, kemarin (3/3). Dia tampak dihormati bahkan disegani. Rasanya hampir semua orang Aceh-Pidie yang ada di Jabodetabek mengenal sosoknya. Dia adalah Dr. H. Asfifuddin. SH. MH (68 tahun).

Pidie sendiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang beribu kota di Kota Sigli. Kabupaten Pidie merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Aceh Utara. Pada akhir 2023 jumlah penduduknya mencapai sekitar 444.898 jiwa.

BACA JUGA: Hadiri Bukber dan Santunan KUPI, Pengacara Senior Ini Sampaikan Pentingnya Kepedulian

Dalam satu kesempatan, Ruangbicara yang ikut pada acara yang dihadiri ratusan orang tersebut, berkesempatan mewawancarai Asfifuddin, tokoh masyarakat Pidie sekaligus pembina KUPI, guna mengetahui maksud digelarnya acara tersebut.

“Saya mengumpulkan teman-teman Aceh, Pidie khususnya yang ada di Jabodetabek ini untuk berbagi rasa, berbagi pengalaman dan berbuat sesuatu,” ujarnya.

Menurutnya ada sekitar 3.000-an orang Pidie di Jabodetabek yang tergabung dalam KUPI.

“Kalau kita tidak menggerakkan mereka, siapa yang akan mengumpulkan mereka dalam silaturahmi seperti acara ini,” kata Asfifuddin.

Dia pun mengaku senang karena KUPI  merupakan kelompok organisasi yang betul-betul bekerja untuk kepentingan masyarakat khususnya masyarakat Pidie.

“Mereka telah mengharumkan nama Pidie, dan itu yang saya bangga,” tambahnya.

Memimpin dengan Contoh

Siapa Asfifuddin? Cerita bermula di sekitar tahun 1981 dimana Asfifuddin muda memutuskan merantau ke Jakarta. Tujuannya satu, menjadi pengacara hebat di Jakarta. Tekad itulah yang teguh dipegangnya di perantauan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *