Bahan Baku Masih Kurang, Industri Alkes RI Digenjot Habis-Habisan

Jakarta – Industri alat kesehatan (alkes) dalam negeri dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, penguatan ketersediaan bahan baku terus dilakukan guna memaksimalkan potensi industri ini.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Setia Diarta, menegaskan bahwa industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor prioritas dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Menurutnya, sektor ini termasuk kategori industri dengan permintaan tinggi atau high demand.

“Kondisi ini perlu dimanfaatkan dengan baik dan optimal, termasuk untuk mewujudkan kemandirian Indonesia di sektor industri alat kesehatan,” ujar Setia Diarta dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (27/4/2025).

BACA JUGA: Bisakah Gibran Dicopot? Ini Peluang Nyata dari Desakan 103 Purnawirawan TNI

Sementara itu, data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) menunjukkan bahwa saat ini terdapat 393 perusahaan alat kesehatan di Indonesia. Mereka memproduksi berbagai produk, seperti tempat tidur rumah sakit, alat suntik, tensimeter, elektromedik, ventilator, dan lainnya.

Selain itu, transaksi produk alat kesehatan dalam negeri melalui e-Katalog juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 48 persen pada tahun 2024. Bahkan, data ekspor alat kesehatan menunjukkan tren positif sejak 2019, dengan nilai ekspor di tahun 2024 melampaui USD273 juta.

Bahan Baku

Untuk memperkuat ekosistem industri alat kesehatan, Kemenperin telah mengambil langkah strategis. Menurut Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, pihaknya telah melakukan kajian mengenai penguatan bahan baku melalui pembentukan Hub Bahan Baku Alat Kesehatan.

“Inisiatif ini bertujuan untuk menjembatani kebutuhan bahan baku dalam negeri dengan produsen lokal, sehingga industri dalam negeri menjadi lebih berdaya saing dan berdampak besar bagi ekonomi nasional,” jelas Solehan.

Tidak berhenti di situ, Solehan juga menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi sangat diperlukan untuk membangun ekosistem hulu alat kesehatan yang kuat.

“Untuk itu, kami sangat mengharapkan dukungan serta kolaborasi yang erat dari seluruh pihak terkait,” tambahnya.

Di sisi lain, Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin juga terus mendorong penguatan industri komponen lokal. Mereka berharap, ke depan, produk-produk seperti USG tidak hanya dirakit di Indonesia, tetapi benar-benar tumbuh dari ekosistem dalam negeri.

“Selanjutnya adalah pemanfaatan teknologi digital dan manufaktur cerdas agar kualitas dan efisiensi produksi meningkat. Pada akhirnya, ini akan memperkuat kemitraan dengan sektor riset dan pendidikan tinggi agar inovasi terus berlanjut,” papar Solehan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *