RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Procter & Gamble (P&G), perusahaan FMCG terbesar di dunia, sedang menghadapi tantangan berat.
Pasalnya, perusahaan asal Amerika Serikat ini berencana memangkas sekitar 7.000 karyawan secara bertahap dalam dua tahun ke depan. Langkah ini dipicu oleh dampak perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump.
Direktur Keuangan P&G, Andre Schulten, menyebutkan bahwa PHK akan menyasar sekitar 15% tenaga kerja non-manufaktur dari total 108.000 karyawan per Juni 2024.
BACA JUGA:Â Ratusan Karyawan TikTok Shop Kena PHK Massal, Ternyata Ini yang Sebenarnya Terjadi
“Program restrukturisasi ini penting untuk menjaga kelangsungan perusahaan dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” kata Schulten dalam konferensi konsumen Deutsche Bank di Paris, Kamis (5/6/2025).
Namun, ia menegaskan bahwa PHK bukan solusi jangka pendek atas tekanan yang dialami P&G saat ini.
Selain perang dagang, P&G menghadapi lonjakan biaya operasional karena bahan baku dan kemasan sebagian besar diimpor dari China. Perusahaan harus mencari sumber bahan baku alternatif dan kemungkinan menaikkan harga produk agar tetap bertahan.






