Jakarta – Fenomena banjir di Indonesia kini semakin sering terjadi dan tidak bisa lagi dianggap sebagai insiden biasa.
Dalam lima tahun terakhir, banjir besar melanda berbagai daerah, mulai dari Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Makassar, hingga Demak dan Bima. Bahkan wilayah padat seperti Jabodetabek pun turut terdampak setiap musim hujan.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 5.593 bencana terjadi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, banjir dan tanah longsor menjadi yang paling sering terjadi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa banjir bukan lagi kejadian insidental, melainkan sudah menjadi masalah sistemik yang perlu ditangani secara serius dan menyeluruh.
BACA JUGA: Warga Baru Jakarta Tak Kena Yustisi Malah Dapat Layanan Gratis, Asal Ikut Prosedur Ini
Menurut Dr. Edy Susilo, akademisi dari Universitas Semarang dan pakar hidrologi, penyebab banjir tidak hanya karena curah hujan tinggi. Ia menyebut bahwa pembangunan yang mengorbankan ruang terbuka hijau dan daerah resapan air menjadi penyebab utama.
“Air kehilangan tempat untuk meresap dan akhirnya menyebabkan genangan,” ujar Edy.
Regulasi tak Maksimal
Lebih lanjut, Edy menyoroti bahwa regulasi yang ada, seperti Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 dan PP No. 13 Tahun 2017, belum dijalankan secara maksimal. Padahal, regulasi tersebut sudah mengatur prinsip zero delta Q, yaitu pembangunan tidak boleh menambah limpasan air hujan.
Selain itu, sistem drainase yang tersumbat sampah dan kurangnya perawatan juga memperburuk kondisi. Perubahan iklim global turut memperparah dengan meningkatkan curah hujan yang ekstrem dan sulit diprediksi.
Edy menekankan pentingnya mengubah cara pandang terhadap air hujan. Menurutnya, air hujan adalah anugerah yang seharusnya ditampung dan dimanfaatkan, bukan dibuang.
“Air hujan itu anugerah, bukan musuh. Jangan dibuang, tapi ditampung dan diresapkan,” tegasnya.
Ia menyarankan pembangunan kolam retensi, embung, dan bendungan sebagai tempat penampungan air. Selain itu, teknologi Rain Water Harvesting (RWH) juga bisa dimanfaatkan di rumah tangga.