Jakarta – Bukalapak, salah satu raksasa e-commerce Indonesia, resmi menghentikan operasional marketplace-nya pada Senin (7/1/2025).
Langkah ini menjadi keputusan strategis untuk fokus pada penjualan produk virtual, seperti pulsa, paket data, token listrik, hingga pembayaran tagihan. Hal ini diumumkan melalui pernyataan resmi perusahaan.
“Kami percaya bahwa fokus pada produk virtual akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan, sekaligus memenuhi kebutuhan konsumen di era digital ini,” tulis pihak Bukalapak dalam laman websitenya.
Strategi Baru Bukalapak: Produk Virtual
Keputusan Bukalapak ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakangnya, termasuk:
1. Perkembangan Pasar Digital
Produk virtual seperti konten digital, aplikasi, dan layanan digital lainnya tengah naik daun, terutama di kalangan generasi muda.
2. Margin Keuntungan Lebih Tinggi
Produk virtual memiliki biaya produksi lebih rendah dan potensi margin keuntungan lebih besar dibandingkan produk fisik.
3. Persaingan Ketat di Marketplace
Dengan banyaknya pemain di industri marketplace Indonesia, seperti Tokopedia dan Shopee, Bukalapak perlu mencari strategi baru agar tetap relevan.
Namun, keputusan ini membawa dampak besar bagi para penjual yang sebelumnya bergantung pada platform ini untuk memasarkan produk mereka. Pembeli juga harus mencari alternatif untuk kebutuhan belanja online.
Perbedaan Bukalapak dan Tokopedia
Meski sama-sama dikenal sebagai marketplace terkemuka, berdasarkan jurnal Dewi Yopi Meitita, Mahasiswa Fakultas Komputer Universitas Mitra Indonesia (Umitra) yang berjudul “Unicorn Perbandingan Tokopedia dan Bukalapak” dijelaskan bahwa ada beberapa perbedaan mencolok antara Bukalapak dan Tokopedia yang mungkin memengaruhi keputusan Bukalapak untuk menutup marketplace-nya saat ini:
1. Kemudahan Berbelanja
