Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar puncak acara Siwabessy Award 2024 yang berlangsung di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Kamis (5/12/2024).
Usai menerima penghargaan, Prof. Dr. Zaky Suud, Guru Besar ITB, memaparkan pandangannya terkait potensi dan tantangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Menurutnya, PLTN menawarkan keunggulan sebagai sistem energi berdaya tinggi yang fleksibel dan ramah lingkungan.
BACA JUGA: Agar Tak Jadi Kebijakan Politis, Ketua Komisi X Ingin Riset Nuklir Seperti Ini
“PLTN adalah sistem energi yang sangat padat dan bisa ditempatkan di mana saja. Selain itu, PLTN sangat potensial untuk menggantikan batu bara demi mencapai net zero karbon karena tidak menghasilkan karbon dioksida atau gas rumah kaca,” jelas Prof. Zaky saat diwawancara.
Namun, ia mengakui bahwa teknologi nuklir masih sering dihadapkan pada kekhawatiran akan potensi kecelakaan seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima.
Meski demikian, Prof. Zaky menegaskan bahwa teknologi PLTN telah berkembang pesat.
“PLTN generasi 3 dan 4 memiliki tingkat keselamatan yang jauh lebih tinggi. Kemungkinan kecelakaan besar sudah sangat diminimalkan. Teknologi ini mengandalkan keselamatan inheren, artinya keselamatannya bergantung pada hukum alam, bukan sepenuhnya pada manusia atau peralatan,” tambahnya.
Inovasi Teknologi Nuklir di Indonesia
Lebih jauh, Prof. Zaky menyoroti kemajuan riset teknologi nuklir di Indonesia meski sumber daya terbatas. Ia memaparkan bahwa timnya telah mengembangkan reaktor modular kecil yang dapat beroperasi selama 10 hingga 30 tahun tanpa perlu pengisian bahan bakar. Teknologi ini dinilai cocok untuk daerah terpencil karena efisiensinya.






