RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Belakangan ini, media sosial ramai membicarakan unggahan yang mengklaim dunia akan mengalami gelap total akibat gerhana matahari pada 2 Agustus 2025.
Menurut unggahan tersebut, fenomena ini akan berlangsung selama enam menit dan disebut sebagai peristiwa langka yang hanya terjadi setiap 100 tahun sekali.
Namun demikian, Pakar Riset Astronomi dan Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa, Prof. Thomas Djamaluddin, memberikan klarifikasi penting.
BACA JUGA: Siap-siap Saksikan Gerhana Matahari Total yang Spektakuler
“Gerhana matahari total seperti yang disebutkan dalam unggahan itu sebenarnya baru akan terjadi pada 2 Agustus 2027, bukan tahun 2025,” ujarnya, dikutip Rabu (30/7/2025).
Selanjutnya, Prof. Thomas menegaskan bahwa gerhana matahari total pada 2027 tidak akan membuat dunia menjadi gelap gulita.
“Fenomena tersebut hanya bisa disaksikan dari wilayah tertentu, seperti Afrika Utara dan Arab Saudi. Bahkan, Indonesia tidak akan bisa melihat gerhana tersebut, karena tidak termasuk dalam jalur lintasannya,” jelasnya.
Bukan Peristiwa Langka
Selain itu, ia juga membantah anggapan bahwa gerhana matahari total adalah fenomena langka. “Gerhana matahari sebenarnya cukup sering terjadi, namun jalur totalitasnya selalu berpindah-pindah di permukaan bumi,” katanya.
Artinya, suatu wilayah bisa saja hanya mengalami gerhana matahari total sekali dalam puluhan hingga ratusan tahun.
Sebagai tambahan, gerhana matahari merupakan peristiwa ketika bulan berada tepat di antara matahari dan bumi, menutupi cahaya matahari dari sudut pandang tertentu.
“Ini adalah fenomena alam yang sudah lama dipahami oleh para ilmuwan dan bukan sesuatu yang harus ditakuti,” tukas Prof Thomas.






