RUANGBICARA.co.id, Jakarta — Jika jurnalisme adalah gelanggang, maka inilah waktunya para pendekar pena turun gunung. PT Pertamina (Persero) kembali membuka gelanggang Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2025 di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Bukan ajang hura-hura, apalagi sekadar kumpul-kumpul sambil mengumpulkan kartu nama, melainkan panggung pertarungan ide, data, dan narasi. Tema yang diusung pun bukan main, yaitu: ‘Energizing Indonesia’. Tema yang meledak-ledak sekaligus sarat makna.
AJP bukan anak kemarin sore. Ia sudah genap 22 tahun menasbihkan dirinya sebagai salah satu panggung tertua dan paling bergengsi bagi para pewarta. Sejak digelar pertama kali pada 2004, ajang ini telah menjadi semacam ‘ritual suci’ tahunan bagi insan media yang ingin adu nyali dan nalar dalam menyorot wajah Pertamina, wajah energi Indonesia.
BACA JUGA: Bantah Oplosan Pertamax, Pertamina Patra Niaga Beri Penjelasan
“Peran media sangat krusial dalam membangun kepercayaan publik terhadap agenda transisi energi nasional. Karya jurnalistik yang objektif dan tajam menjadi modal penting bagi Pertamina,” ujar Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina.
Tahun ini, tema ‘Energizing Indonesia’ menjadi benang merah seluruh karya. Tapi jangan kira itu cuma soal kilang minyak dan bensin subsidi. Tidak. Pertamina mengajak jurnalis menggali cerita tentang geothermal yang mendesis, panel surya yang menyapa matahari, carbon trading yang masih asing di telinga publik, sampai cerita-cerita kecil nan berdampak besar tentang UMKM yang tersulut energi baru.
Ada empat pilar publikasi yang menjadi kompas para jurnalis: Swasembada Energi, Energi untuk Masyarakat, Bisnis Berkelanjutan, dan Energi Hijau. Masing-masing bisa dikupas dari sisi bisnis maupun non-bisnis, dengan delapan kategori karya mulai dari tulisan cetak, online, TV, radio, hingga essay foto. Dengan kata lain: siapa pun bisa ikut, asal bukan sekadar menulis untuk menyenangkan atasan, tapi menulis karena gelisah.

 
																						




