Bukan Tanpa Tanda Jasa, Begini Sejarah dan Lirik Hymne Guru Setelah Perubahan

RUANGBICARA.co.id – Dalam setiap upacara Hari Guru, momen perpisahan sekolah, hingga acara penghormatan bagi para pendidik, ada satu lagu yang selalu menggema dan menyentuh hati: “Hymne Guru.” Lagu ini bukan sekadar rangkaian nada, tetapi simbol cinta, hormat, dan dedikasi yang melekat kuat pada profesi guru di Indonesia.

Meskipun sangat populer, tidak banyak yang tahu bagaimana lagu ini tercipta dan siapa sosok di baliknya. Hymne Guru diciptakan oleh Sartono, seorang guru sederhana dari SMP Negeri 6 Madiun. Ia bukan musisi profesional dan bahkan disebut tidak memiliki kemampuan notasi musik secara akademis. Namun, kesederhanaannya justru melahirkan karya abadi yang dikenal hingga seluruh nusantara.

BACA JUGA: Banyak Guru Gagal Lapor Diri PPG 2025 Gara-Gara Ini… Jangan Ikuti Kesalahannya

Pada awal 1980-an, Indonesia belum memiliki lagu khusus yang benar-benar mewakili penghormatan bagi guru. Setiap Hari Guru, sekolah hanya memutar lagu-lagu nasional tanpa ada yang dirasa tepat untuk menggambarkan peran guru. Dari kegelisahan inilah Sartono mulai merangkai melodi dan lirik, menggunakan alat musik seadanya di ruang musik sekolah.

Ia terinspirasi oleh rasa hormat yang mendalam kepada guru-gurunya serta keinginannya menghadirkan lagu yang memuat pesan moral dan ketulusan dalam satu alunan.

Perjalanan Lagu

Tak butuh waktu lama, Hymne Guru menyebar ke berbagai sekolah di Jawa Timur sebelum akhirnya dikenal luas di seluruh Indonesia. Pemerintah pun menetapkannya sebagai lagu resmi penghormatan untuk guru. Sejak itu, lagu ini mengisi upacara bendera, perpisahan sekolah, hingga berbagai kegiatan pendidikan di berbagai daerah.

Lirik Hymne Guru memiliki kekuatan emosional karena menggambarkan sosok guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pelita dalam kegelapan, embun penyejuk, serta patriot bangsa yang membangun insan cendekia. Menariknya, Sartono tidak pernah membayangkan bahwa lagunya akan menjadi simbol nasional. Ia hanya menulisnya untuk sekolah tempat ia mengajar, namun resonansinya menyebar begitu kuat hingga menjadi bagian budaya pendidikan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *