Buruh Terancam Digusur AI? Indonesia Lantang Suarakan Perlindungan di Forum Dunia

Peringatan Keras

Lebih lanjut, William mengingatkan para pemimpin G20 bahwa transformasi digital yang tidak terkendali telah membuat banyak pekerja kehilangan pekerjaan. Ia menyoroti kondisi di Indonesia, di mana banyak tenaga kerja tergantikan oleh mesin dan algoritma tanpa perlindungan sosial yang layak.

“Ini bukan inovasi jika yang ditinggalkan adalah ketidakpastian dan kemiskinan. Ini adalah eksploitasi yang memakai wajah modern,” ujarnya saat diminta tanggapan tentang digitalisasi dan AI.

Pada sesi penutupan, L20 merumuskan lima pilar seruan aksi yang dianggap mendesak. Pilar tersebut meliputi reformasi fiskal global dengan pajak progresif, perlindungan hak berserikat, regulasi kerja digital dan AI, sistem upah yang adil, serta keterlibatan serikat dalam proses G20.

Tak hanya itu, L20 juga mengecam minimnya tindak lanjut dari KTT sebelumnya. Oleh sebab itu, forum ini mendesak dibentuknya mekanisme pemantauan global atas pelaksanaan rekomendasi yang telah disepakati.

Di sisi lain, SP IMPPI dan KSPSI AGN menyatakan komitmennya untuk mengawal hasil L20 ke dalam kebijakan nasional. Mereka akan fokus pada tiga hal utama, yakni: Peningkatan perlindungan sosial bagi pekerja informal dan migran, advokasi kebijakan fiskal yang adil dan pro-rakyat dan pengawasan transformasi digital dan transisi hijau

BACA JUGA: Tak Hanya Berani Lawan IMF dan Asing, Inilah Warisan Terbesar Kwik Kian Gie untuk Indonesia

“Solidaritas global buruh bukan hanya slogan, tetapi sebuah gerakan yang harus diterjemahkan dalam aksi nyata – dari global ke nasional, dari rekomendasi ke implementasi,” pungkas William.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *