RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Pemerintah kini semakin serius menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat. Melalui program “Cek Kesehatan Gratis”, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan 70 juta warga Indonesia ikut melakukan skrining kesehatan hingga akhir tahun 2025.
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, menegaskan bahwa gerakan ini bukan sekadar kampanye, melainkan bagian penting dari visi besar menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, sumber daya manusia yang unggul hanya bisa terwujud jika masyarakat memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik.
BACA JUGA: Di Seminar Pameran KIP, Komisioner KIP Syawaludin Ungkap Tanda Demokrasi Indonesia Maju
“Kalau masyarakat sehat, mereka bisa produktif. Kalau produktif, ekonomi akan tumbuh,” ujar Kunta dalam sesi seminar di Pameran Keterbukaan Informasi Publik 2025 bertemakan “Transparansi Sektor Pendidikan Kesehatan dan Perumahan Rakyat” di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).
Menariknya, program cek kesehatan gratis ini dirancang untuk mencakup seluruh tahapan kehidupan masyarakat, mulai dari bayi hingga lanjut usia. Kunta menjelaskan, setiap kelompok usia memiliki tantangan kesehatannya sendiri.
“Untuk balita, masalahnya stunting masih tinggi, mencapai 21 persen. Bagi remaja, banyak yang mengalami anemia dan gangguan mental karena gaya hidup digital. Sedangkan pada usia lanjut, penyakit seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes makin meningkat,” paparnya.
Oleh karena itu, lanjut Kunta, skrining kesehatan menjadi penting agar masyarakat tahu kondisi tubuhnya sejak dini. “Skrining bukan medical check-up. Ini cara sederhana untuk mendeteksi apakah kita punya potensi penyakit seperti diabetes atau darah tinggi, agar bisa segera memperbaikinya,” tambahnya.
40 Juta Warga Ikut
Sejak program ini diluncurkan pada 10 Februari 2025, sebanyak 40 juta warga Indonesia sudah mengikuti cek kesehatan gratis. Setiap hari, sekitar 500 ribu orang melakukan skrining di berbagai daerah.
“Kita punya data epidemiologi yang luar biasa lengkap, mulai dari nama, alamat, hingga wilayah. Dari data ini, kita bisa tahu pola penyakit di tiap daerah. Misalnya, orang Yogyakarta banyak yang diabetes karena suka makanan manis, sementara di Padang banyak yang kolesterol,” jelasnya.
Kunta menambahkan, data tersebut akan membantu pemerintah dalam perencanaan kesehatan dan layanan BPJS Kesehatan. “Dengan data ini, kita tahu penyakit apa yang dominan di tiap wilayah dan bisa menyiapkan langkah pencegahan yang tepat,” katanya.
Lebih lanjut, Kunta menyampaikan bahwa Kemenkes menargetkan hingga 70 juta warga mengikuti cek kesehatan gratis sampai akhir 2025. Harapannya, pada 2026 seluruh masyarakat Indonesia bisa ikut skrining setiap tahun.
“Tujuan akhirnya adalah agar kita bisa memantau apakah kondisi kesehatan masyarakat membaik atau justru menurun dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Selain itu, skrining ini juga berperan penting dalam penanganan penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC). “Dulu, banyak orang malu mengaku kena TBC karena stigma negatif. Sekarang, dengan cek kesehatan gratis, kita bisa tahu siapa yang terkena dan segera menanganinya, termasuk orang-orang di sekitarnya,” ungkap Kunta.