RUANGBICARA.co.id – Sutradara dan penulis skenario film Ghost in the Cell, Joko Anwar, kini resmi membawa pulang penghargaan bergengsi internasional. Joko Anwar dianugerahi tanda kehormatan Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres oleh Pemerintah Prancis dalam sebuah upacara resmi di Gedung Kementerian Kebudayaan Prancis, Paris, pada 11 Desember 2025.
Penganugerahan gelar tersebut bukanlah penghargaan yang datang secara tiba-tiba. Gelar ini diberikan sebagai pengakuan atas kontribusi konsisten sang sineas dalam memperkaya bahasa sinema, mengangkat isu sosial universal, serta memperkenalkan wajah perfilman Indonesia ke panggung internasional.
BACA JUGA:Â Avatar: The Last Airbender Season 2 Siap Memanas, Ini Bocoran Sinopsis dan Reaksi Warganet
Berikut sejumlah karya penting Joko Anwar yang dinilai berperan besar dalam perjalanan tersebut:
1. Janji Joni (2005)
Film debut penyutradaraan ini menjadi penanda awal gaya khas Joko Anwar: dialog cerdas, humor segar, dan kritik sosial yang dibungkus ringan. Janji Joni membuka jalan baru bagi film urban Indonesia dan memperkenalkan Joko sebagai sutradara dengan identitas kuat.
2. Kala (2007)
Lewat Kala, Joko bereksperimen dengan noir, misteri, dan thriller psikologis—genre yang jarang disentuh sinema Indonesia kala itu. Film ini sering disebut sebagai salah satu karya yang menunjukkan keberanian artistik Joko Anwar.
3. Pintu Terlarang (2009)
Film ini menandai fase gelap dan reflektif dalam kariernya. Pintu Terlarang mengupas isu kekerasan, trauma, dan moralitas masyarakat modern dengan simbolisme kuat, membuatnya diapresiasi di berbagai festival internasional.
4. Modus Anomali (2012)
Lewat film thriller psikologis ini, Joko kembali menantang struktur naratif konvensional. Cerita tentang keluarga dan memori ini memperlihatkan kematangannya dalam membangun ketegangan tanpa bergantung pada formula mainstream.
5. A Copy of My Mind (2015)
Inilah salah satu karya Joko Anwar yang paling sering disebut dalam konteks apresiasi internasional. Film ini diputar di berbagai festival dunia dan dipuji karena pendekatannya yang intim, politis, dan humanis, merekam kehidupan kelas pekerja Jakarta dengan jujur dan sederhana.
6. Pengabdi Setan (2017)
Film horor ini menjadi tonggak penting, tidak hanya secara komersial tetapi juga artistik. Joko berhasil menghidupkan kembali horor klasik Indonesia dengan pendekatan modern dan tema keluarga yang kuat, hingga mendapat perhatian luas di luar negeri.
7. Pengabdi Setan 2: Communion (2022)
Sekuel ini memperluas semesta horor Indonesia dengan skala produksi lebih besar dan kritik sosial yang lebih tajam. Film ini mempertegas posisi Joko Anwar sebagai sutradara genre yang mampu berbicara lintas budaya.
8. Perempuan Tanah Jahanam (2019)
Film ini menjadi salah satu karya paling sering dibicarakan di festival internasional. Menggabungkan horor, mitologi, dan isu patriarki, karya ini memperlihatkan bagaimana Joko menggunakan genre sebagai alat kritik sosial.
9. Gundala (2019)
Melalui Gundala, Joko Anwar memperkenalkan pahlawan super Indonesia dengan pendekatan realis dan politis. Film ini menunjukkan kemampuannya mengadaptasi budaya lokal ke dalam format sinema global.
10. Ghost in the Cell (2026)
Film terbaru yang turut disebut dalam penganugerahan gelar kehormatan ini digadang sebagai refleksi lanjutan Joko terhadap isu kemanusiaan, sistem sosial, dan absurditas kekuasaan—tema yang menjadi benang merah dalam filmografinya.
Bagi Pemerintah Prancis, deretan karya ini bukan hanya menunjukkan produktivitas, tetapi juga konsistensi visi artistik. Joko Anwar dinilai berhasil menjadikan film sebagai medium dialog lintas negara, mengangkat cerita lokal Indonesia dengan bahasa sinema yang universal.






