Jakarta – Ratusan ribu pengemudi ojek online (ojol) berencana menggelar aksi demonstrasi besar-besaran yang dinamai Aksi 205 pada Selasa, 20 Mei 2025.
Tidak hanya itu, mereka juga akan melakukan aksi off bid atau mematikan aplikasi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan perusahaan aplikator.
Adapun pemicu aksi ini adalah adanya pemotongan pendapatan pengemudi oleh aplikator yang dinilai tidak masuk akal. Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono, menyatakan bahwa pemotongan tersebut bahkan mencapai 50 persen. “Aplikator besar bahkan melakukan pemotongan hingga mencapai 50 persen. Ini merugikan pengemudi ojol dalam bekerja sehari-hari,” ungkapnya, Sabtu (17/5/2025).
BACA JUGA: Saat Ojol Pikir Bawa Sumbangan, Nyatanya Bayi yang Sudah Meninggal, Warga Ikut Prihatin
Lebih lanjut, Igun menyoroti dugaan pelanggaran terhadap regulasi Kepmenhub No. KP 1001 Tahun 2022, yang merupakan perubahan dari Kepmenhub No. KP 667 Tahun 2022. Regulasi tersebut mengatur pedoman perhitungan biaya jasa penggunaan sepeda motor berbasis aplikasi. Menurutnya, banyak aplikator tidak menjalankan ketentuan sesuai aturan yang berlaku.
Sebagai bentuk perlawanan, Igun menyebut Aksi 205 akan melibatkan sekitar 250 ribu pengemudi ojol di wilayah Jabodetabek. Aksi unjuk rasa direncanakan dimulai pukul 13.00 WIB hingga selesai, sementara off bid akan dilakukan selama 24 jam penuh, yakni mulai pukul 00.00 hingga 23.59 WIB pada tanggal 20 Mei 2025.
Seruan Off Bid
Selain itu, aksi ini juga didukung oleh Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI). Seruan untuk melakukan off bid dan turun ke jalan telah disebarluaskan ke seluruh anggota. Aksi ini akan menjadi ajang unjuk rasa akbar dan reuni aspirasi para pengemudi dari berbagai kota.
Menariknya, aksi tidak hanya akan berpusat di Jakarta. Menurut informasi, kota-kota lain yang ikut serta antara lain Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Manado, hingga Ambon. Titik aksi di Jakarta difokuskan di Istana Merdeka, Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI, sementara di Bandung dipusatkan di Gedung Sate.