Jakarta – PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dulunya salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, kini mengalami penurunan tajam. Laba bersih 2024 tercatat hanya Rp981 miliar, turun 91% dibandingkan Rp10,8 triliun pada 2019.
Kekayaan Presiden Direktur Susilo Wonowidjojo juga merosot 68,5% sejak 2018, kehilangan lebih dari Rp105 triliun. Penurunan kinerja Gudang Garam mencerminkan kesulitan industri rokok nasional, terutama akibat tingginya cukai dan maraknya rokok ilegal.
BACA JUGA:Â Penumpang Garuda Indonesia Nekat Merokok Vape di Pesawat, Apa Akhirnya?
Rokok ilegal, yang lebih murah dan kemasannya mirip rokok legal, semakin diminati kalangan menengah ke bawah. Meski pemerintah menaikkan cukai rokok legal, pengawasan terhadap rokok ilegal masih lemah, memperburuk persaingan bagi produsen resmi seperti Gudang Garam.
Sejarah Gudang Garam
Didirikan pada 1956 oleh Tjoa Ing-Hwie di Kediri, Gudang Garam berkembang pesat menjadi produsen sigaret kretek terbesar di Indonesia. Pada 1980-an, perusahaan ini menguasai 38% pangsa pasar nasional. Namun, krisis ekonomi akhir 1990-an dan persaingan dengan rokok ilegal mengguncang perusahaan.
Meski menghadapi kendala, Gudang Garam terus berinovasi, mendirikan anak usaha di bidang impor, distribusi, dan rokok elektrik pada 2021. Mereka juga merambah sektor lain seperti pengelolaan jalan tol dan bandara. Namun, tantangan utama tetap peredaran rokok ilegal.