EMAS Melantai di Bursa, Janji Kilau Besar tapi Risiko Mengintai

EMAS Masih Rugi

Hingga kini, EMAS belum memiliki pendapatan operasional. Laporan keuangan per 31 Maret 2025 mencatat kerugian US$9,21 juta, sementara pembangunan infrastruktur tambang baru mencapai 50 persen. Target operasi komersial ditetapkan pada awal 2026, dengan kebutuhan investasi tambahan sekitar US$246 juta.

Dengan kondisi tersebut, pembagian dividen masih jauh dari harapan. Bahkan, dengan akumulasi rugi sekitar US$43 juta, investor diperkirakan belum bisa berharap laba dalam 1–2 tahun ke depan.

Struktur kepemilikan EMAS juga menyimpan risiko. Terdapat delapan pihak dengan kepemilikan di bawah 5 persen yang totalnya mencapai 10 persen. Jika saham mereka dilepas ke publik, overhang supply bisa menekan harga. Fenomena ini pernah terjadi pada MDKA dan MBMA.

Meski banyak risiko, proyek tambang emas Pani tetap menjanjikan. Dengan cadangan lebih dari 7 juta ounces dan desain tambang multi-dekade, EMAS berpotensi memproduksi hingga 500 ribu ounces per tahun di fase puncak.

Pengalaman MDKA dalam mengelola tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi juga menjadi modal penting untuk mengeksekusi megaproyek ini. Pertanyaannya, investor harus memilih: ikut masuk sejak dini dengan risiko jangka pendek, atau menunggu hingga bisnis benar-benar menghasilkan emas?

BACA JUGA: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Ramai-ramai Kapolri Didesak Usut Terlibatnya Budi Arie dalam Kasus Judol

Kilau IPO EMAS memang memikat, tetapi pasar modal selalu menyimpan pelajaran klasik: tidak semua yang berkilau berarti emas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *