Fenomena Open Marriage: Ketika Pernikahan Menjadi Hubungan Bebas Tanpa Ikatan Eksklusif

RUANGBICARA.co.id – Open marriage atau pernikahan terbuka kini semakin sering diperbincangkan. Konsep ini merujuk pada kesepakatan antara pasangan yang sudah menikah untuk membuka hubungan mereka.

Pasangan tersebut saling mengizinkan untuk menjalin hubungan emosional bahkan melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Dalam pengaturan ini, pasangan sah biasa disebut sebagai “pasangan utama.”

BACA JUGA: Panduan Lengkap Pengisian Daya Kendaraan Listrik yang Tepat

Prinsip Dasar Open Marriage

Secara prinsip, open marriage memberikan kebebasan dalam pernikahan tanpa terikat eksklusivitas. Meskipun sering disamakan dengan poliamori, ada perbedaan yang jelas di antara keduanya.

Mereka yang memilih open marriage cenderung melihat pernikahan hanya sebagai struktur sosial yang terikat hukum, tanpa menjadikan keintiman sebagai unsur utama. Keintiman dianggap sebagai bonus yang bisa didapatkan dari hubungan lain.

Dalam open marriage, hubungan dengan orang lain—termasuk yang bersifat seksual—tidak dianggap sebagai perselingkuhan. Pasangan mendefinisikan perselingkuhan berdasarkan kesepakatan bersama, bukan lagi pada norma sosial yang berlaku. Bahkan jika salah satu pihak merasa terluka akibat hubungan tersebut, hal ini tetap tidak dianggap sebagai bentuk pengkhianatan.

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah, apa yang mendorong pasangan untuk memutuskan menjalani open marriage? Faktor-faktor seperti ketidakpuasan seksual, kesepian, pola pikir kebebasan absolut, atau anggapan bahwa pernikahan merupakan konsep yang sudah usang kerap menjadi alasannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *