Meskipun begitu, Prof Eniya mengakui bahwa proses konversi kendaraan listrik tidaklah mudah, terutama dalam menyusun ekosistem yang mendukung.
“Konversi kendaraan listrik sudah dimulai untuk beberapa tahun lalu, sudah diawali sejak 2021. Waktu itu sudah ada upaya untuk konversi kendaaran bensin jadi listrik yang tentunya prosedurnya tidak mudah untuk menyusun ekosistemnya,” jelasnya.
“Tapi, upaya untuk menciptakan ekosistemnya itu sudah berdiri bengkel-bengkel yang sudah tersertifikasi Kementerian ESDM. Sehingga bengkel bisa legal membuat satu konversi dan menghadirkan kendaraan listrik yang bisa bergerak di jalan raya. Jadi motor listriknya sudah dibuat di lokal juga,” sambung dia.
Terakhir, Prof Eniya menyampaikan harapannya agar IEMS 2024 menjadi event yang semakin besar dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
“IEMS tiap tahun selalu diadakan dan saya harap kedepan bisa terus berlanjut kerja samanya dan IEMS juga makin besar, makin atraktif acaranya, kita akan sediakan informasi-informasi tentang kendaraan listrik dan juga perkembangan kendaraan listrik tentunya,” pungkasnya.






