Tantangan
Namun, di balik berbagai inovasi, Nia mengakui bahwa tantangan utama dalam keterbukaan informasi publik masih terletak masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur yang berlaku.
“Kadang ada pemohon informasi yang baru beberapa hari mengajukan permintaan, tapi sudah mengajukan keberatan. Padahal sesuai aturan, permohonan informasi publik diselesaikan paling lambat 10 hari kerja sejak permintaan diterima. Badan publik dapat memperpanjang waktu maksimal 7 hari kerja,” tuturnya.
Walau begitu, ia menegaskan bahwa UGM tetap berkomitmen untuk melayani setiap permohonan sesuai standar layanan informasi publik yang berlaku, sembari terus mengedukasi masyarakat tentang mekanisme yang benar.
Menutup perbincangan, Nia berharap kehadiran UGM dalam Pameran KIP 2025 dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk memahami pentingnya keterbukaan informasi.
“Semakin banyak masyarakat tahu tentang hak mereka untuk mendapatkan informasi, semakin kuat pula budaya transparansi di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat kini tidak perlu bingung atau bahkan memviralkan sesuatu hanya karena tidak tahu harus bertanya ke mana. “Masyarakat dapat mengirimkan aspirasi, keluhan ke saluran yang telah disediakan atau dapat mencari informasi yang valid melalui laman badan publik, dapat juga melalui laman PPID, atau sekarang bisa langsung ke LISA,” tutupnya optimistis.
Saat ini, LISA sudah tersedia dalam bentuk digital signage di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Yogyakarta. Dalam pameran kali ini, UGM membawa pula LISA versi kecil agar pengunjung bisa mencoba langsung interaksi dengan asisten AI tersebut.
BACA JUGA: Sistem Digital Pemantauan Air Dikenalkan Perum Jasa Tirta I di Pameran KIP 2025
“Kalau di Jogja kami tempatkan di GIK, tapi di sini kami bawa versi kecilnya supaya bisa mewakili dan berinteraksi dengan pengunjung di pameran ini,” kata Nia sambil tersenyum.
