Papua mencatat angka 9.9%, di mana 3.719 dari 58.680 balita mengalami stunting. Hal ini menekankan pentingnya intervensi pemerintah di kedua wilayah ini.
6. Kalimantan Barat dan Gorontalo
Terakhir, Kalimantan Barat mencatat persentase sebesar 8.7%, dengan 22.868 dari 357.587 balita mengalaminya. Gorontalo mencatat angka yang sama, dengan 3.277 dari 94.718 balita mengalami stunting.
Angka ini menunjukkan bahwa masalah ini tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia.
Sebelumnya, pada pertengahan tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen, sementara target yang ingin dicapai pemerintah adalah 14 persen pada 2024.
Oleh karena itu, pencapaian tersebut harus dilakukan lebih maksimal lagi. Apalagi, tahun 2024 ini merupakan tahun politik, sementara wilayah/provinsi yang terimbas stunting masih tinggi di Indonesia.
Apalagi, PBB tahun 2020 mencatat bahwa lebih dari 149 juta (22 persen) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan balita Indonesia.
BACA JUGA:Â Mayat Orang Tua Ditelantarkan Anaknya Meningkat di Jepang
Hal ini, disebabkan oleh anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk.
Maka dari itu, penanganan stunting harus segera diatasi agar target penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024 dapat terealisasi dengan baik.






