Lebak – Neng Siti Julaiha, Anggota DPRD Banten dan Ketua DPC PPP Kabupaten Lebak, mengungkapkan keprihatinannya mengenai masa depan anak-anak di Lebak.
Menjelang Pilkada 2024, Dia belum melihat calon baik di Pilgub Banten maupun Pilbup Lebak yang menunjukkan komitmen nyata terhadap masa depan anak-anak di wilayah tersebut.
“Sebagai politisi perempuan dan juga ibu dari tiga anak, saya melihat belum ada visi misi yang berpihak kepada masa depan anak-anak Lebak. Padahal, investasi terhadap masa depan anak-anak sangat penting untuk kemajuan daerah,” ujar Neng Siti Julaiha dalam keterangan resminya kepada Ruang Bicara pada Selasa (22/7/2024).
NJ juga menyoroti beberapa isu krusial yang membutuhkan perhatian khusus, termasuk pendidikan berkualitas, kesehatan, dan perlindungan anak.
BACA JUGA: Hari Anak Nasional 2024: Inilah Provinsi dengan Kasus Stunting Tertinggi di Indonesia
Pendidikan
Ia mengungkapkan kekhawatirannya terkait aksi mogok belajar yang dilakukan oleh siswa SD Negeri 1 Parungpanjang, Kecamatan Wanasalam.
Aksi tersebut dipicu oleh ketidakpuasan orang tua siswa terkait uang tabungan senilai Rp80 juta yang belum dibagikan pihak sekolah.
“Kejadian ini harus menjadi bahan evaluasi bersama. Sangat miris melihatnya,” kata NJ.
Lebih lanjut, NJ menyoroti masalah kekurangan tenaga pengajar di pelosok Lebak. Data dari Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek menunjukkan bahwa jumlah guru SD di 10 kecamatan di Lebak kurang dari 200 orang, sementara guru SMP di bawah 100 orang.
Di Kecamatan Leuwidamar, misalnya, hanya terdapat 184 guru SD dan 89 guru SMP, diikuti Muncang memiliki 154 guru SD dan 83 guru SMP. Di Cihara, terdapat 177 guru SD dan 68 guru SMP. Kecamatan Curugbitung mencatatkan 142 guru SD dan 58 guru SMP. Sobang memiliki 139 guru SD dan 53 guru SMP, sedangkan Cijaku memiliki 133 guru SD dan 46 guru SMP.






