Jakarta – Tingginya biaya operasional logistik di Indonesia sering disebabkan oleh masalah konektivitas. Salah satu solusinya adalah mengembangkan kawasan Aerotropolis.
Menurut data World Bank, biaya logistik di Indonesia mencapai 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara ASEAN, yaitu 14%.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menjelaskan bahwa Aerotropolis akan mengintegrasikan bandara dengan berbagai fasilitas seperti industri, hunian, pergudangan, dan usaha retail. Pembangunan ini akan melibatkan pihak swasta, termasuk InJourney Aviation Services (IAS).
BACA JUGA: Industri Logistik Belum Optimal, Kendalanya Ternyata Begini
“Pemerintah mendukung inisiasi IAS karena diharapkan dapat menggerakkan sektor kargo dan logistik,” kata Faisol, Selasa (14/1/2025).
Ia menambahkan bahwa kawasan ini mampu menciptakan klaster bisnis baru yang menjanjikan. Dampak ekonominya juga signifikan, terutama karena konektivitas barang dan manusia menjadi lebih mudah.
Faisol menyebut Aerotropolis memiliki keunggulan investasi. Infrastruktur transportasi yang terintegrasi dan memadai menjadi salah satu kelebihannya.
“Dukungan infrastruktur seperti air dan listrik juga sudah sangat baik. Ini menjadi nilai tambah yang jarang ditemukan di kawasan lain,” jelasnya.






