RUANGBICARA.co.id – Industri nikel Indonesia kian mencuri perhatian dunia. Lonjakan kebutuhan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan pengembangan energi hijau menjadikan nikel sebagai komoditas strategis masa depan. Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia bukan hanya menjadi magnet investasi global, tetapi juga melahirkan deretan taipan yang dijuluki Raja Nikel Nusantara.
Kekayaan para pemain utama di sektor ini tak lagi bernilai miliaran rupiah. Nilainya telah menembus puluhan triliun rupiah, seiring agresivitas ekspansi bisnis, hilirisasi mineral, dan strategi investasi jangka panjang. Tak heran, saham-saham yang terafiliasi dengan mereka kerap diprediksi “terbang” di tengah euforia transisi energi.
Berikut profil empat Raja Nikel Nusantara yang kekayaannya fantastis dan bisnisnya dinilai masih menyimpan potensi cuan besar ke depan.
1. Garibaldi Thohir (Boy Thohir) – Kekayaan Rp 63,2 Triliun
Nama Garibaldi Thohir atau Boy Thohir sudah lama dikenal sebagai salah satu pengusaha tambang paling berpengaruh di Indonesia. Presiden Direktur Adaro Energy ini merupakan figur sentral di sektor batu bara, energi, dan investasi strategis di rantai pasok mineral, termasuk nikel.
Lulusan University of Southern California dan Northrop University, Amerika Serikat, Boy Thohir memulai kariernya di Astra sebelum mengembangkan Adaro menjadi raksasa energi nasional. Di bawah kepemimpinannya, Adaro tak hanya mengandalkan batu bara, tetapi juga merambah pembangkit listrik, energi terintegrasi, dan diversifikasi bisnis berbasis masa depan.
Forbes pada 2023 menempatkan Boy Thohir di peringkat ke-17 orang terkaya Indonesia dengan kekayaan sekitar USD 3,3 miliar. Kedekatannya dengan proyek energi baru, hilirisasi, dan transisi energi membuat saham-saham yang terkait dengannya kerap dipandang menarik oleh investor.
2. Lim Gunawan Hariyanto – Kekayaan Rp 59,8 Triliun
Lim Gunawan Hariyanto merupakan Presiden Direktur dan CEO Harita Group, konglomerasi besar yang bergerak di sektor perkebunan sawit dan pertambangan, termasuk nikel dan bauksit. Ia juga menjabat sebagai CEO Bumitama Agri, perusahaan sawit yang tercatat di Bursa Singapura.
Lahir di Samarinda pada 1960 dan lulusan University of Southern California, Lim membangun bisnisnya dari usaha kayu keluarga hingga berkembang ke berbagai komoditas strategis. Harita Group dikenal luas sebagai salah satu pemain kunci dalam ekosistem hilirisasi mineral di Indonesia.
Fokus Harita pada pengolahan dan peningkatan nilai tambah nikel dinilai sangat sejalan dengan kebijakan pemerintah dan tren global kendaraan listrik. Hal ini membuat portofolio bisnis Lim Gunawan Hariyanto diproyeksikan terus tumbuh dalam jangka panjang.
3. Kiki Barki – Kekayaan Rp 16,6 Triliun
Kiki Barki identik dengan Harum Energy, perusahaan batu bara yang ia dirikan pada 1995 dan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2010. Namun, seiring perubahan lanskap energi global, Kiki Barki mulai agresif masuk ke bisnis nikel.
Keluarga Barki diketahui memiliki saham di Nickel Industries, perusahaan yang terdaftar di bursa Australia dan mengoperasikan tambang nikel serta fasilitas pengolahan nickel pig iron di Indonesia. Langkah ini dinilai sebagai strategi cerdas untuk menjaga relevansi bisnis di era transisi energi.
Menariknya, bisnis keluarga Kiki Barki melibatkan lintas generasi, dengan anak dan cucunya juga aktif di sektor energi dan tambang. Faktor kesinambungan ini membuat bisnisnya dipandang memiliki prospek jangka panjang yang solid.
4. Christopher Tjia – Kekayaan Rp 580 Miliar
Meski belum setenar tiga nama sebelumnya, Christopher Sumasto Tjia menunjukkan kiprah bisnis yang terus berkembang. Putra pendiri PT Cipta Adi Nusa ini memulai karier sejak 1993, sebelum mendirikan Jatra Hotel Group yang kini mengelola lebih dari 20 hotel di berbagai daerah di Indonesia.
Pada 2023, ia mendirikan Lovina Beach Brewery, produsen bir lokal yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia. Meski nilai kekayaannya masih jauh di bawah para raksasa tambang, Christopher Tjia mulai melirik sektor sumber daya dan industri berbasis komoditas, termasuk nikel, sebagai bagian dari strategi diversifikasi bisnisnya.
Dengan demikian, bisnis nikel kini menjadi salah satu sektor paling “seksi” di pasar modal. Permintaan global terhadap baterai kendaraan listrik dan energi hijau mendorong prospek harga dan konsumsi nikel terus menanjak. Tak heran, kekayaan para Raja Nikel Nusantara ini melonjak signifikan dalam beberapa tahun terakhir.






