Selain itu, William juga sempat memaparkan di hadapan peserta konferensi tentang perayaan May Day di Indonesia yang berlangsung meriah dan dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di kawasan Monas, Jakarta.
Sementara itu, Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, dalam sambutannya menegaskan komitmen pemerintah Fiji untuk menegakkan hak-hak pekerja sebagai prinsip yang tidak dapat dinegosiasikan. Ia menyerukan kolaborasi erat antara pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja sebagai fondasi bagi masyarakat yang adil dan inklusif.
Rabuka menegaskan bahwa hak-hak buruh merupakan bagian dari hak asasi manusia, serta menautkannya dengan upaya pemerintah koalisi Fiji dalam memulihkan persatuan nasional, membangun kepercayaan publik, dan menguatkan nilai-nilai moral berbasis iman, kebaikan, dan kasih.
“Sejumlah reformasi ketenagakerjaan tengah dijalankan, termasuk peninjauan dan pencabutan undang-undang perburuhan yang represif, revitalisasi Wages Council, serta perubahan pada Undang-Undang Fiji National Provident Fund (FNPF) guna memulihkan perwakilan pekerja,” jelas Rabuka.
Pemerintah Fiji juga tengah meninjau kembali Undang-Undang Hubungan Ketenagakerjaan (Employment Relations Act) agar selaras dengan konvensi ILO, terutama dalam menjamin kebebasan berserikat dan perundingan kolektif.
Dalam kesempatan yang sama, Rabuka menegaskan pentingnya perlindungan setara bagi pekerja lokal maupun migran, serta menolak segala bentuk intimidasi di tempat kerja.
“Fiji kini berinvestasi dalam pelatihan keterampilan, pemberdayaan perempuan dan generasi muda, serta peningkatan layanan kesehatan, perumahan, dan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujarnya.
BACA JUGA: Polri Tegaskan Komitmen Keterbukaan Informasi Publik Sesuai UU No.14 Tahun 2008
Partisipasi William Yani Wea dalam forum ITUC–AP ini memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional sebagai negara yang aktif memperjuangkan keadilan sosial, hak pekerja, dan demokrasi global yang inklusif.