Jakarta – LRT Jabodebek mengklaim mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain menghemat biaya kecelakaan hingga Rp4,6 triliun per tahun, keberadaan LRT juga berkontribusi dalam penghematan bahan bakar mencapai Rp114,5 miliar per tahun.
Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, menyatakan bahwa kehadiran LRT telah membawa perubahan signifikan bagi mobilitas masyarakat dan perkembangan wilayah sekitar.
Sejak pertama kali beroperasi pada 28 Agustus 2023, LRT Jabodebek menjadi salah satu pilihan utama transportasi bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Hingga 13 Maret 2025, tercatat sebanyak 30.840.459 pengguna telah memanfaatkan layanan ini untuk mobilitas sehari-hari.
BACA JUGA: Mau Mudik dengan KA dari Yogyakarta? Ini Daftar Kereta Paling Diminati Lebaran 2025
“LRT Jabodebek bukan hanya memberikan pilihan transportasi yang lebih efisien, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Mochamad Purnomosidi, Sabtu (15/3/2025).
Berdasarkan studi Polar UI, peralihan dari kendaraan pribadi ke LRT Jabodebek berkontribusi dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, potensi penghematan akibat berkurangnya kecelakaan bisa mencapai Rp4,6 triliun per tahun. Selain itu, penurunan jumlah kendaraan di jalan juga mengurangi beban infrastruktur, yang diperkirakan menghemat biaya perbaikan jalan sebesar Rp19,1 miliar per tahun.
Dari segi lingkungan, penggunaan LRT yang lebih hemat energi turut membantu menekan emisi karbon. Studi menunjukkan bahwa penghematan akibat penurunan emisi karbon dapat mencapai Rp269 miliar per tahun, sehingga mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kualitas udara.
Efisiensi Biaya
Tak hanya itu, dari sisi efisiensi biaya, masyarakat yang beralih ke LRT Jabodebek juga dapat menghemat pengeluaran bahan bakar hingga Rp114,5 miliar per tahun.
Dengan pilihan transportasi yang lebih terjangkau, pengguna LRT bisa mengalokasikan anggaran perjalanan mereka untuk kebutuhan lain yang lebih penting.
