RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) didorong untuk melakukan evaluasi menyeluruh setelah merilis hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025. Pasalnya, meski terdapat mata pelajaran dengan nilai rerata tertinggi, sebagian besar mata pelajaran justru mencatatkan angka yang tergolong rendah.
Dorongan evaluasi tersebut menguat seiring ramainya perbincangan warganet di media sosial yang menyoroti rendahnya nilai TKA, terutama pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.
Berdasarkan unggahan akun Instagram @marini_mathhacks_5, Sabtu (27/12/2025), nilai TKA Matematika tercatat memiliki rerata sekitar 36 dari lebih dari 43 ribu sekolah dan sekitar 3 juta peserta.
Selain Matematika, nilai Bahasa Indonesia berada di angka 55, sementara Bahasa Inggris justru menjadi mata pelajaran dengan nilai paling rendah, yakni sekitar 24. Bahkan, sejumlah mata pelajaran lain seperti Ekonomi, Kimia, dan Fisika juga mencatatkan nilai rerata di bawah 40.
“Ini ada yang lebih parah daripada Matematika. Bahasa Inggris 24,” ujar narator dalam video tersebut.
Keluhan
Sementara itu, kolom komentar unggahan tersebut dipenuhi keluhan dari orang tua dan siswa. Mayoritas menyebutkan bahwa waktu pengerjaan soal TKA dinilai tidak sebanding dengan tingkat kesulitan soal.
Salah satu warganet dengan akun @o8z3_ menyebut kisi-kisi yang diberikan tidak sesuai dengan soal ujian.
“Kalau dari anak les aku, pada bilang kisi-kisi nggak sesuai dengan soal yang dikasih,” tulisnya.
Selain itu, akun @letscookdigital menyoroti soal nalar yang menyita waktu.
“Anak saya TKA kemarin merasa waktunya kurang untuk soal nalar seperti itu,” ungkapnya.
Keluhan serupa juga disampaikan @winnylukman yang menyebut jumlah soal dan variasinya terlalu banyak, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
Di sisi lain, sebagian warganet menilai rendahnya nilai TKA berkaitan dengan penerapan soal bertipe Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Akun @tiararona_ menyebut soal HOTS menuntut siswa untuk lebih rajin berlatih dan memiliki kemampuan membaca yang kuat agar dapat mengatur waktu dengan baik.
“Solusinya ya tiada cara lain selain belajar,” tulisnya.
Namun demikian, tidak sedikit orang tua yang khawatir soal dengan tingkat kesulitan tinggi tidak dibarengi kesiapan siswa di semua jenjang pendidikan.






