RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Jawa Timur memasuki usia ke-80 dengan memperkuat kemandirian dan ketahanan pangan. Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menegaskan, tantangan keterbatasan lahan tidak boleh menjadi penghalang bagi provinsi yang memiliki lebih dari 42 juta penduduk ini untuk terus produktif di sektor pertanian.
Menurut Emil, Jawa Timur memiliki karakteristik unik. Dengan luas wilayah sekitar 48 ribu kilometer persegi, provinsi ini tidak lagi memiliki ruang besar untuk membuka lahan pertanian baru. Namun, kesuburan tanah vulkanik dan ketersediaan air yang melimpah menjadikan produktivitas pertanian tetap tinggi. Di sejumlah daerah, petani bahkan bisa memanen padi hingga tujuh kali dalam dua tahun.
BACA JUGA: BNPT Hadirkan Tiga Zona Edukasi dan Informasi di Pameran KIP 2025
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi padi Jawa Timur pada 2025 mencapai 10,03 juta ton gabah kering giling, naik 12,68 persen dibanding tahun sebelumnya.
Capaian itu mengokohkan posisi Jawa Timur sebagai produsen beras terbesar di Indonesia, dengan kontribusi mencapai 17,4 persen terhadap produksi nasional. Selain beras, Jawa Timur juga dikenal sebagai penghasil utama jagung, tebu, dan tembakau. Untuk komoditas kopi dan kakao, posisinya masuk dalam sepuluh besar nasional.
Keunggulan Jawa Timur tidak hanya di sektor tanaman pangan. Provinsi ini juga menjadi pusat produksi ternak terbesar di Indonesia. Berdasarkan data BPS 2025, populasi sapi potong di Jawa Timur mencapai lebih dari 3 juta ekor, atau sekitar seperempat dari total nasional. Sementara itu, populasi sapi perah mencapai 292 ribu ekor, atau sekitar 60 persen dari jumlah nasional. Untuk ayam ras petelur, kontribusinya mencapai 32 persen, dan produksi susu sapi di Jawa Timur menyumbang lebih dari separuh pasokan susu nasional.
“Fakta ini menunjukkan bahwa Jawa Timur bukan hanya mandiri dalam hal pangan, tetapi juga menjadi penopang utama kebutuhan protein hewani di Indonesia,” kata Emil saat mengisi sesi Seminar di Pameran Keterbukaan Informasi Publik (KIP) 2025 bertemakan “Kemandirian Daerah Menuju Ketahanan Pangan dan Swasembada Pangan” di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).
Namun, di balik capaian tersebut, masih ada pekerjaan rumah besar. Banyak warga yang bekerja di sektor pertanian masih hidup di bawah garis kemiskinan. Emil menilai, pertanian harus bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan, bukan sekadar bertahan hidup. Ia menekankan pentingnya menambah nilai produk pertanian melalui pengolahan dan hilirisasi.