Jakarta – Menuju Muktamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Agustus atau September 2025, suhu politik internal mulai memanas. Sejumlah pengurus daerah menyuarakan keinginan kuat untuk memilih ketua umum baru.
Sekjen DPP PPP, Arwani Thomafi, menyatakan bahwa lebih dari 20 DPW, termasuk Jawa Timur, sepakat mendukung agenda perubahan.
“Hal ini sejalan dengan semangat rekomendasi Mukernas. Transformasi PPP harus menjadi agenda utama, mulai dari kepemimpinan, organisasi, hingga strategi pemenangan pemilu,” kata Arwani usai menghadiri Halal Bihalal DPW PPP Jatim, Minggu (11/5/2025).
BACA JUGA:Â Muktamar PPP Tak Pasti, Ada Apa di Balik Penundaan Ini?
Lebih lanjut, Arwani menekankan pentingnya konsolidasi menjelang Muktamar 2025. Ia menyebut bahwa suara mayoritas DPW dan para ulama di PPP menghendaki ketua umum baru sebagai bentuk penyegaran dan perbaikan partai.
“PPP Jatim juga kompak dan solid untuk mendukung agenda perubahan. Ini sudah menjadi aspirasi bersama,” tambahnya.
Sementara itu, kritik keras datang dari Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy atau Rommy. Ia menyebut Plt Ketua Umum PPP, Mardiono, gagal memimpin partai. Kegagalan ini, menurutnya, terbukti dari tidak lolosnya PPP ke DPR untuk pertama kali dalam sejarah.
“Kepemimpinan saat ini tidak layak dilanjutkan. Hampir seluruh DPW dan DPC setuju Mardiono diganti. Sekarang tinggal siapa penggantinya?” ujar Rommy, Kamis (15/5/2025).
Usulan
Rommy juga mendorong agar PPP membuka peluang bagi calon dari luar partai. Ia menilai, aturan dalam AD/ART yang mengharuskan calon berasal dari pengurus harian bisa diubah oleh peserta muktamar.
“AD/ART bukan kitab suci. Jika mayoritas menyetujui, bisa langsung diubah dan berlaku saat itu juga,” tegasnya.
Delapan nama disebut masuk bursa calon ketum PPP, di antaranya Sandiaga Uno, Arwani Thomafi, Taj Yasin, Saifullah Yusuf, Dudung Abdurachman, Amran Sulaiman, Marzuki Alie, dan Agus Suparmanto. Rommy menyebut masing-masing tokoh memiliki tingkat agresivitas politik yang berbeda.
“Ada yang sudah aktif keliling DPW, ada yang baru sowan ke ulama, bahkan ada yang masih menunggu momentum. Tapi semuanya menuju arah yang sama: mencari ketua umum baru,” katanya.