Nilai ini selaras dengan semangat Pancasila yang juga memposisikan keadilan sosial, kemanusiaan, dan ketuhanan sebagai pondasi kehidupan bernegara. Kedua nilai ini, bila dipahami secara mendalam, akan membuat kita sadar bahwa berbuat jujur dan bersikap adil bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral setiap warga negara.
Namun sayangnya, realitas hari ini yang menunjukkan hal sebaliknya lebih banyak ditemukan. Banyak pejabat dan pemimpin yang seolah menjunjung tinggi Pancasila hanya di momen momen penting saja, seperti hanya di pidato dan saat kampanye, namun tidak mengamalkannya di kehidupan sehari.-hari.
Sementara nilai Dharma perlahan mulai dilupakan, digantikan oleh ambisi dan keserakahan. Akibatnya kekuasaan mulai kehilangan arah, dan kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kesejahteraan rakyat dan kepentingan bersama. Padahal, bila setiap individu menempatkan Dharma sebagai dasar dalam menjalankan Pancasila, maka keputusan apa pun yang diambil akan selalu berpihak pada kebenaran dan kesejahteraan bersama.
Dharma memberi jiwa pada Pancasila, sementara Pancasila memberikan bentuk nyata bagi nilai nilai Dharma. Keduanya saling melengkapi, seperti jiwa dan raga yang bersama membentuk kesatuan utuh.
Jika kita ingin membangun pemerintahan yang bersih, berintegritas, dan penuh tanggung jawab, maka sudah saatnya nilai-nilai luhur ini tidak hanya diajarkan, tetapi benar-benar dihidupkan dalam tindakan sehari-hari, mulai dari diri sendiri hingga para pemimpin negeri.
Mendidik Generasi Berintegritas Lewat Kearifan Lokal dan Pancasila
Catur Purusa Artha merupakan ajaran Agama Hindu yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Catur Purusa Artha pada poin Dharma juga beririsan dengan Ajaran Tri Kaya Parisudha (Tiga Perbuatan Baik) yang sudah diajarkan pada anak anak sedari kecil, baik melalui pendidikan karakter pada lingkup keluarga maupun melalui pendidikan formal.
Hal ini ditekankan melalui aktivitas sehari-hari, dan dengan memberikan perbandingan antara perilaku yang relevan dan tidak relevan dengan ajaran Dharma. Melalui pendidikan dasar yang mengajarkan nilai-nilai tersebut, fondasi generasi penerus bangsa Indonesia dapat lebih dikokohkan, dengan memiliki karakter yang jujur, adil, bertanggung jawab atau dalam konteks globalnya “berintegritas”.
Ajaran Catur Purusa Artha memberikan pendidikan moral atau rohani supaya kita tahu batas antara kebajikan dan keburukan itu seperti apa, hal tersebut berkaitan erat dengan Pancasila yang menuntun bangsa Indonesia dalam penerapannya (jasmani).
Nilai-nilai dari Pancasila dan Catur Purusa Artha memiliki hubungan yang erat dalam membangun kehidupan bangsa, seperti Dharma dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kedua nilai itu memiliki hubungan untuk menuntun manusia bertanggung jawab kepada hal yang dinilai benar.
Penerapan nilai-nilai ini dapat dilihat dalam sistem pendidikan di Bali, misalnya melalui kegiatan pesantian di sekolah, pembiasaan sembahyang sebelum dan sesudah belajar, serta pembelajaran berbasis kearifan lokal Hindu Bali yang menanamkan nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab sejak dini. Guru dan orang tua berperan penting sebagai teladan dalam mengajarkan anak untuk menghindari perilaku tidak jujur seperti mencontek, berbohong, atau mengambil hak orang lain, nilai-nilai kecil yang sebenarnya menjadi akar pencegahan perilaku koruptif di masa depan.
Dengan penekanan pendidikan karakter sesuai Catur Purusa Artha dan Pancasila yang dimulai dari sekolah dasar, moralitas bangsa dapat diperkuat sejak dini. Dari pembentukan sikap jujur, adil, dan bertanggung jawab, generasi muda akan tumbuh menjadi individu yang berintegritas.
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Catur Purusa Artha benar-benar relevan dalam menanamkan nilai-nilai karakter untuk mencegah praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), sekaligus menjadi pondasi kuat menuju cita-cita “Indonesia Emas 2045”.
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Ni Komang Sri Febrianti Mahasiswa Prodi Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya.






