RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Provinsi Riau nyaris musnah akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit ilegal dan permukiman liar. Namun, harapan baru muncul setelah Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) berhasil merebut kembali 81.000 hektare lahan yang sempat dicaplok.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, dalam menyelamatkan kawasan konservasi. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Febrie Adriansyah, yang memimpin Satgas, menegaskan bahwa tindakan ini akan terus berlanjut demi memulihkan fungsi hutan.
BACA JUGA:Â Komitmen Tambah RTH di Jakarta, Teguh Setyabudi Resmikan Taman Setu Biru
Sayangnya, dari total lahan tersebut, hanya sekitar 12.000 hektare yang masih berupa hutan asli. Sisanya telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit ilegal dan pemukiman. Kepala Staf Umum TNI, Letjen TNI Richard Tampubolon bahkan menyebut kondisi hutan TNTN sangat memprihatinkan dan penuh indikasi penyimpangan.
Berikut 7 fakta tentang Taman Nasional Tesso Nilo yang jarang diketahui:
1. Rumah bagi Satwa langka
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan rumah bagi satwa langka seperti gajah sumatera dan harimau sumatera.
Sekitar 60-80 ekor gajah masih hidup di dalam kawasan ini. Selain itu, terdapat pula rusa, burung, ikan, amfibi, reptil, hingga primata.
2. Kaya Keanekaragaman
TNTN termasuk salah satu hutan dataran rendah tersisa di Pulau Sumatera.
Di dalamnya tumbuh 360 jenis flora dari 165 marga dan 57 suku. Ada pula 215 jenis pohon dan 305 anak pohon. Vegetasi tumbuhannya mencakup 90% area luar kawasan taman nasional.
3. Luasnya Bertambah
Pertama kali ditetapkan sebagai taman nasional pada 2004 seluas ±38.576 hektare, kawasan TNTN diperluas menjadi ±83.068 hektare pada 2009.
Terakhir, penetapannya dikukuhkan kembali lewat SK Menteri Kehutanan tahun 2012.






