نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ الْمَاضِي، الَّذِي عَلَيَّ فَرْضٌ، صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ الْمُتَبَقِّي مِنْهُ، فِي هَذَا الْيَوْمِ الْمُصَادِفِ الاثْنَيْنِ، لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma shahri Ramadhan al-maadi, alladhi ‘alayya fardhun, shauma shahri Ramadhan al-mutabaqqi minhu, fi hadza al-yaumi al-musadiq al-ithnayn, lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya berniat berpuasa qadha Ramadhan tahun lalu, yang belum saya ganti, pada hari ini yang bertepatan dengan hari Senin yang mulia, karena Allah Ta’ala.”
Dengan niat yang benar dan dilakukan pada waktu yang tepat, Insya Allah puasa qadha akan sah. Puasa di hari Senin tidak hanya menggantikan puasa Ramadhan, tetapi juga mendatangkan keberkahan tambahan.
Bagi yang ingin menggabungkan puasa qadha dengan puasa sunnah Senin-Kamis, cukup dengan satu niat, karena pahala puasa sunnah tetap didapatkan. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam Islam yang memudahkan umatnya meraih kebaikan.
Hukum Puasa Qadha di Hari Senin
Secara umum, hukum puasa qadha adalah wajib bagi Muslim yang memiliki tanggungan puasa Ramadhan yang belum diganti sebelum Ramadhan berikutnya. Islam memberikan kebebasan dalam memilih hari untuk puasa qadha, termasuk memperbolehkan di hari Senin.
Memilih hari Senin membawa keutamaan tersendiri karena puasa pada hari ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau sering berpuasa pada hari Senin, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA bahwa amal perbuatan dilaporkan pada hari Senin dan Kamis, dan Rasulullah lebih suka amalnya dilaporkan saat beliau sedang berpuasa (HR. Tirmidzi).
BACA JUGA: Sirsak dan Berbagai Manfaat Kesehatannya
Selain itu, hari Senin juga memiliki keistimewaan karena merupakan hari kelahiran Rasulullah, hari beliau diutus, serta diturunkannya Al-Quran (HR. Muslim). Maka, bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan, segeralah melunasinya dengan puasa qadha. Setiap kesempatan adalah peluang untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
