Jakarta – Pertama-tama, masalah kucing liar di Jakarta makin hari makin meresahkan. Banyak kucing ditemukan di jalanan dalam kondisi terluka, kurus, bahkan terkena jebakan tikus.
Sebagai langkah konkret, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengusulkan pembangunan Pulau Kucing. Menurut rencana, pulau ini akan menjadi tempat penampungan kucing liar sekaligus dijadikan destinasi wisata baru di Jakarta.
Selanjutnya, Pulau Kucing akan dibangun di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu, yang memiliki luas sekitar 17 hektare. Wilayah ini memang dikelola pemerintah sebagai lokasi agrowisata.
BACA JUGA:Â Bukan Hoax, Ternyata Salju di Indonesia Sudah Turun Sebelum 2026, Namun Akan Lenyap, Mengapa?
Menariknya, rencana ini mendapatkan dukungan dari komunitas pencinta kucing atau cat lover. Bahkan, Gubernur Pramono sudah berdiskusi dengan Bupati Kepulauan Seribu untuk mempersiapkan pembangunan pulau tersebut.
Namun demikian, sejumlah pihak tetap mengkritisi rencana ini. Beberapa aktivis hewan menilai bahwa sterilisasi lebih efektif untuk mengendalikan populasi, karena kucing adalah hewan yang sangat teritorial.
Selain itu, kritik juga datang dari kalangan DPRD DKI Jakarta. Francine Hanotojo dari Fraksi PSI menilai bahwa relokasi bukanlah solusi jangka panjang. Ia khawatir jika akar masalah tidak diatasi, maka kucing liar akan terus muncul di Jakarta.
Meski begitu, sebagian warga Jakarta justru menyambut baik gagasan ini. Mereka berharap kucing liar bisa lebih terawat dan Pulau Kucing bisa menjadi destinasi wisata yang unik.
Contoh Sukses
Sebagai perbandingan, Jepang punya contoh sukses lewat Pulau Aoshima di Prefektur Ehime. Di pulau ini, jumlah kucing jauh lebih banyak daripada manusia. Dari sekitar 13 penduduk, terdapat sekitar 130 ekor kucing yang hidup bebas.
Lebih lanjut, kucing-kucing di Aoshima dianggap sebagai pembawa keberuntungan oleh penduduk lokal. Oleh sebab itu, mereka diperlakukan dengan baik dan menjadi ikon wisata yang menarik.
Tak dapat dipungkiri, kehadiran ratusan kucing tersebut justru menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Setiap hari, puluhan turis datang hanya untuk melihat, bermain, dan berfoto bersama kucing-kucing yang berkeliaran di jalanan dan bebatuan pantai.
Menariknya lagi, para wisatawan sering memberi makan kucing-kucing tersebut, meskipun sudah ada larangan tertulis. Mereka tetap memberikan nasi, wafer, bahkan kentang goreng pada kucing-kucing itu.
Berkat kunjungan wisatawan, ekonomi warga lokal meningkat. Mereka mendapat keuntungan dari restoran, penginapan, dan transportasi umum. Namun demikian, belakangan muncul keluhan dari warga soal perilaku turis yang tidak tertib, seperti membuang sampah sembarangan dan tidak menjaga fasilitas umum.
Meski kucing-kucing di Aoshima tidak dimiliki secara pribadi, para relawan tetap merawat dan memberi makan mereka secara berkala. Hal ini membuat kondisi pulau tetap terjaga.






