Kampung Koncang, yang terletak di Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, memiliki sejarah yang menarik. Pada masa penjajahan Hindia Belanda, wilayah ini menjadi bagian dari Karesidenan Banten tahun 1828.
Di tengah era tersebut, terjadi sebuah peristiwa penting yang tak banyak diketahui orang: Perang Koncang. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi kisah perlawanan tersebut dan sejarah di baliknya.
Dikutip dari Historia, Perang Koncang merupakan salah satu peristiwa yang terjadi di Banten pada masa penjajahan Belanda. Meskipun tak terlalu terkenal, peristiwa ini terekam dalam sastra lisan, seperti yang disebutkan oleh Yetty Kusmiyati Hadish dalam bukunya yang berjudul “Sastra Lisan Sunda: Mite, Fabel, dan Legende”. Sayangnya, informasi tentang peristiwa ini masih minim, dan kita perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahaminya sepenuhnya.
Sumber tentang Perang Koncang masih jarang, tetapi ada beberapa catatan yang dapat menjadi titik awal untuk pemahaman lebih lanjut. Misbach Yusa Biran, dalam memoarnya “Kenang-Kenangan Orang Bandel”, memberikan beberapa informasi tentang peristiwa tersebut. Dilahirkan di Rangkasbitung, Misbach memiliki koneksi dengan keluarga yang terlibat dalam perang tersebut. Namun, detail tentang tahun peristiwa ini tidak disebutkan dengan jelas.
BACA JUGA: Asal Usul dan Sejarah Nama Sarageni
Konflik dan Perlawanan
Perang Koncang terjadi karena perlawanan terhadap pajak yang dipaksakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Penduduk Koncang menolak untuk membayar pajak, dan hal ini memicu konflik dengan pihak berwenang.