RUANGBICARA.co.id – Fenomena perubahan arah kiblat tengah ramai diperbincangkan umat Islam, terutama menjelang fenomena Istiwa A’zam yang akan terjadi pada 26 hingga 30 Mei 2025.
Momen langka ini membuat banyak orang penasaran apakah arah kiblat benar-benar bisa berubah. Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, Buya Yahya memberikan penjelasan yang menenangkan dan jelas.
Fenomena Istiwa A’zam adalah saat di mana matahari berada tepat di atas Ka’bah, Mekah, dua kali dalam setahun. Pada tahun 2025, fenomena ini akan terjadi pada tanggal 27 dan 28 Mei pukul 16.18 WIB. Pada saat itu, bayangan benda tegak lurus seperti tongkat atau tiang akan menunjuk arah yang berlawanan dengan kiblat secara alami dan sangat akurat.
BACA JUGA:Â Antusiasme Dewan Juri IBEA 2025, Berunding Bahas Penilaian
Fenomena ini sebenarnya menjadi kesempatan emas bagi umat Muslim untuk mengecek arah kiblat dengan cara alami tanpa perlu alat digital.
Penjelasan
Menanggapi situasi ini, Buya Yahya atau Yahya Zainul Ma’arif pernah menjelaskan bahwa arah kiblat adalah hasil ijtihad—yaitu usaha ilmiah berdasarkan data dan kajian.
“Ijtihad itu bukan sesuatu yang pasti, tapi tidak akan jauh dari kiblat yang sebenarnya,” kata Buya Yahya dalam YouTube Al-Bahjah TV, dikutip Rabu (28/5/2025).
Ia juga menegaskan bahwa perubahan arah kiblat akibat pergeseran bumi sangat kecil dan tidak signifikan. Ka’bah tetap berada di Mekah, sehingga arah kiblat tidak mungkin berubah jauh. Jika terdapat perbedaan arah kiblat dalam ukuran kecil, hal tersebut masih termasuk dalam batas ijtihad yang diperbolehkan.
Buya Yahya mengingatkan agar umat Islam berhati-hati terhadap informasi dari sumber yang tidak jelas, seperti video di YouTube yang hanya bertujuan menarik perhatian.
“Ijtihad Anda dan orang lain sama martabatnya selama berdasarkan ilmu yang benar,” tegas Buya Yahya.