RUANGBICARA.co.id – Follow Me (2020), yang juga dirilis dengan judul No Escape di beberapa wilayah, menghadirkan teror psikologis yang dekat dengan fenomena zaman sekarang, yakni obsesi membuat konten ekstrem demi viral.
Disutradarai oleh Will Wernick dan dibintangi Holland Roden, film ini membawa penonton masuk ke perjalanan yang awalnya tampak seperti petualangan seru, sebelum berubah menjadi mimpi buruk yang tak bisa ditebus hanya dengan tombol “stop recording”.
BACA JUGA: Komedian Mudy Taylor Meninggal Dunia, Penggemar Kenang Gaya Komedinya yang Unik
Cerita berfokus pada Cole Turner, seorang influencer terkenal yang terbiasa menantang dirinya dalam berbagai aksi berbahaya demi konten media sosial. Ribuan penonton mengikuti setiap gerakannya, dan Cole meyakini bahwa batas ekstrem selalu bisa didorong sedikit lebih jauh.
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-10 kanalnya, ia memutuskan untuk melakukan tantangan paling ambisius dengan mengikuti pengalaman “escape room” di Rusia yang disebut-sebut brutal dan immersive.
Bersama para sahabatnya, termasuk karakter Erin (diperankan Holland Roden), Cole terbang ke Moskow tanpa menyadari bahwa petualangan kali ini bukan sekadar permainan. Setibanya di sana, mereka dijemput oleh penyelenggara misterius yang tampak profesional, lengkap dengan fasilitas mewah yang membuat semuanya terlihat aman pada awalnya.
Namun, suasana berubah drastis ketika Cole menyadari bahwa permainan yang seharusnya terkendali mulai memperlihatkan elemen kekerasan yang terlalu nyata. Teman-temannya menghilang satu per satu, muncul dalam keadaan seolah-olah sedang disiksa atau dibunuh. Ruangan demi ruangan menampilkan teror yang membuat Cole dan penonton mempertanyakan apakah ini masih bagian dari skenario atau mereka benar-benar sedang diburu.
Film ini sengaja bermain dengan ketidakpastian. Follow Me menempatkan penonton dalam posisi Cole, antara percaya bahwa semuanya trik kamera atau menerima kenyataan bahwa hidupnya berada di ujung tanduk. Ketegangan memuncak ketika Cole akhirnya menyadari bahwa seluruh rasa aman yang ia yakini hanyalah fatamorgana.
Akhir film menghadirkan twist tajam yang membuat penonton tertegun. Seluruh mimpi buruk tersebut ternyata adalah rangkaian permainan ekstrem yang disusun sebagai hadiah kejutan. Namun Cole, yang tidak menyadari itu, sudah terlanjur melewati batas yang fatal. Obsesi akan sensasi, tekanan dari jutaan penonton, dan sikap tak ingin terlihat lemah justru menjadi bom waktu yang meledak di hadapannya.
Dengan atmosfer gelap Rusia, tekanan psikologis yang terus meningkat, serta kritik terhadap budaya konten ekstrem di media sosial, Follow Me berhasil menyampaikan teror yang relevan dan menegangkan. Film ini bukan hanya thriller biasa, tetapi alarm keras tentang bagaimana keinginan untuk selalu viral bisa berubah menjadi jebakan yang mematikan.






