Cara lain untuk melemahkan kekuasaan adalah dengan mencabut legitimasi penguasa. Dengan kata lain, hal ini bisa dilakukan dengan mengungkapkan korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan penyalahgunaan wewenang melalui investigasi jurnalistik atau organisasi internasional.
Menariknya, studi dari Journal of Democracy (2021) menunjukkan bahwa delegitimasi penguasa melalui pengungkapan pelanggaran sering kali memicu gerakan protes yang lebih besar.
4. Koalisi Elit dan Pembelotan Militer
Sebuah studi dalam The Journal of Conflict Resolution (2019) mengungkapkan bahwa ketika elit politik atau militer mulai membelot dari rezim yang berkuasa, ini sering kali menandakan awal dari runtuhnya kekuasaan.
Selain itu, pembelotan ini biasanya terjadi ketika penguasa kehilangan dukungan dari kelompok-kelompok penting di dalam pemerintahannya.
Studi Kasus
1. Tunisia (2010-2011): Revolusi Melati
Revolusi Melati di Tunisia adalah contoh perlawanan sipil yang berhasil menggulingkan kekuasaan yang sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian dari Political Science Quarterly (2014), gerakan ini berhasil karena adanya mobilisasi massa yang besar serta dukungan dari kelas menengah dan mahasiswa.
2. Filipina (1986): Revolusi People Power
Revolusi People Power di Filipina juga berhasil menggulingkan rezim Ferdinand Marcos melalui aksi damai dan mobilisasi massa. Secara khusus, ini merupakan contoh di mana delegitimasi kekuasaan dan gerakan non-kekerasan berhasil meruntuhkan rezim yang berkuasa selama beberapa dekade.
Sebagai kesimpulan, untuk meruntuhkan kekuasaan yang sewenang-wenang membutuhkan strategi yang terencana dan partisipasi kolektif dari berbagai elemen masyarakat.
Gerakan non-kekerasan, mobilisasi massa, delegitimasi penguasa, dan pembelotan dari kalangan elit menjadi faktor kunci dalam banyak revolusi yang berhasil. Meskipun setiap negara memiliki konteks yang berbeda, pendekatan-pendekatan ini tetap relevan sebagai cara efektif untuk melawan kekuasaan otoriter.
BACA JUGA:Â Awal Mula Ada Mafia hingga Pengaruhnya di Dunia Kriminal
Sumber:
- Sharp, G. (1973). The Politics of Nonviolent Action. Boston: Porter Sargent Publishers.
- Journal of Political Power (2020). “Authoritarianism and the Fragility of Power.”
- International Journal of Conflict and Violence (2018). “Nonviolent Movements in Authoritarian Regimes.”
- Journal of Democracy (2021). “The Fall of Dictatorships: Lessons from Recent History.”
- The Journal of Conflict Resolution (2019). “Military Defections and the Collapse of Authoritarian Regimes.”
- Political Science Quarterly (2014). “The Jasmine Revolution: Mobilization in Tunisia.”






