Tanda-Tanda Kiamat
Ibnul Atsir (606 H) dalam Jāmi‘ul Uṣūl fī Aḥādītsir Rasūl mencatat sekitar 40 hadits tentang tanda-tanda kiamat, meski tidak semuanya sahih. Salah satu hadits sahih yang menjadi rujukan utama diriwayatkan oleh Imam Muslim:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Artinya:
“Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami ketika kami sedang membicarakan sesuatu. Beliau bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Mereka menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Kiamat tidak akan terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana di timur, barat, dan jazirah Arab, serta api yang keluar dari Yaman menggiring manusia ke tempat berkumpul.” (HR. Muslim)
Perbedaan Pendapat
Dalam penjelasan para ulama, terdapat perbedaan pendapat tentang urutan munculnya tanda-tanda besar kiamat.
Sebagian ulama berpendapat tanda pertama adalah terbitnya matahari dari barat, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin Amr:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَوَّلُ الْآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
Artinya:
“Dari Abdullah bin Amr berkata, aku hafal dari Rasulullah SAW bahwa tanda pertama kiamat yang akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat.” (HR. Muslim)
Namun, Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits lain yang menyebutkan tanda pertama adalah api besar dari timur yang menggiring manusia ke barat:
وَقَالَ أَنَسٌ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ نَارٌ تَحْشُرُ النَّاسَ مِنْ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ
Artinya:
“Anas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tanda pertama dari datangnya kiamat adalah api yang menggiring manusia dari timur menuju barat.’” (HR. Bukhari)
Ustadz Alvin menegaskan bahwa Supermoon Emas 2025 hanyalah fenomena alam biasa yang menunjukkan kebesaran ciptaan Allah SWT. Tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa kemunculan bulan besar dan terang adalah pertanda kiamat.
“Fenomena seperti ini seharusnya membuat manusia merenung dan bersyukur atas keindahan ciptaan Allah, bukan menimbulkan ketakutan,” ujarnya.
Supermoon Emas 2025 menjadi momen pengingat bahwa alam semesta bergerak dalam keteraturan yang sempurna. Ia menjadi simbol harmoni antara sains, alam, dan spiritualitas manusia.
Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk menyambut fenomena ini dengan rasa takjub dan rasa syukur, bukan rasa takut. Sebab, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an, semua ciptaan Allah adalah tanda kekuasaan-Nya bagi orang yang mau berpikir.






