Jakarta – Industri semen nasional tengah menghadapi tantangan besar akibat kontraksi pasar domestik dan lambatnya pembangunan infrastruktur. Kondisi ini membuat pelaku industri harus menerapkan berbagai strategi untuk tetap bertahan di tengah tekanan pasar.
Sebagai respons terhadap situasi tersebut, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melakukan langkah efisiensi ketat serta peningkatan operational excellence. Hasilnya, perusahaan berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp772 miliar pada 2024, meskipun industri berada dalam kondisi sulit.
Selain itu, volume penjualan SIG tercatat mencapai 38,27 juta ton dengan pendapatan sebesar Rp36,19 triliun dan EBITDA senilai Rp5,49 triliun. Melalui efisiensi operasional dan penurunan beban keuangan bersih hingga 20,2%, SIG mampu menjaga profitabilitas secara konsisten.
BACA JUGA: Efisiensi Anggaran Bikin ASN dan Pekerja Swasta Tak Mudik Lebaran
Menurut Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, strategi efisiensi dan peningkatan kinerja operasional menjadi landasan utama untuk menghadapi pasar yang penuh tantangan.
“SIG melakukan efisiensi ketat dan peningkatan operational excellence untuk menghadapi kondisi pasar yang menantang. Ini menjadi fondasi penting bagi SIG dalam mempertahankan kinerja dan daya saing,” ujarnya, Sabtu (5/4/2025).
Inovasi Produk
Lebih lanjut, SIG juga memperkuat transformasi bisnis berbasis keberlanjutan. Pada 2024, SIG meluncurkan bata interlock presisi sebagai solusi inovatif untuk bangunan yang efisien, tahan gempa, dan mempercepat proses konstruksi menjadi hanya 15–21 hari. Produk ini diharapkan mendukung target pembangunan 3 juta rumah dari pemerintah.
Tak hanya berinovasi pada produk, SIG juga berhasil menurunkan emisi karbon hingga 38% dibandingkan semen konvensional. Hal ini dicapai melalui substitusi bahan bakar fosil dengan RDF, biomassa, serta pemanfaatan energi terbarukan dari panel surya dan WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generation).
Selanjutnya, SIG mencatatkan penurunan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) cakupan 1 sebesar 19,5% dari baseline 2010, dan cakupan 2 sebesar 16,4% dari baseline 2019. Berkat upaya ini, SIG menjadi perusahaan bahan bangunan pertama di Indonesia yang mendapatkan validasi dari Science-Based Target initiatives (SBTi).






