Teater Guriang Suguhkan Perspektif Baru Novel Max Havelaar Lewat Pertunjukan “Regent”

Jakarta – Teater Guriang kembali menyuguhkan karya inovatif melalui pertunjukan teater bertajuk “Regent”. Karya yang ditulis dan disutradarai oleh Dede Abdul Majid ini digelar di Black Box Wahyoedin – Ikatan Drama Jakarta Barat (Indraja), Sabtu (21/12/2024) malam.

Pertunjukan ini menawarkan sudut pandang baru terhadap novel legendaris Max Havelaar karya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker.

Dalam sesi diskusi usai pertunjukan, Dede Abdul Majid mengajak para penonton untuk membaca ulang sejarah yang terkandung dalam novel Max Havelaar. Ia menekankan pentingnya memahami sejarah bukan sebagai sesuatu yang baku, tetapi dengan melihatnya dalam konteks yang relevan saat ini.

BACA JUGA: Pameran Karya Seni Tunggal Yos Suprapto Dibredel, Era Rezim Prabowo Jadi Sorotan

“Mari membaca ulang sejarah kita hari ini bukan sesuatu yang baku, tetapi harus bicara dengan konteks,” ujar Majid sapaan akrabnya.

Melalui pertunjukan ini, Dede mencoba menggambarkan pergulatan batin seorang tokoh lokal yang terpinggirkan oleh narasi kolonial.

“Ketika membaca Multatuli soal fiksi, aku membacanya dengan pertunjukan ini. Tadi, perempuan itu hidup tentram damai, lalu datang kebo bule [Kolonialisme], dan akhirnya menjadi kacau balau,” tambahnya.

Perspektif Baru

Di sisi lain, Joind Bayuwinanda, pengamat kebudayaan, mengapresiasi metode yang digunakan dalam teater ini. Ia mengungkapkan bahwa pertunjukan “Regent” berhasil memberikan sudut pandang berbeda terkait narasi Multatuli.

“Sampai saat ini, stigma orang tentang Multatuli adalah pahlawan karena ideologi kemanusiaan. Namun, adegan pemerkosaan dalam pertunjukan ini, misalnya, bisa jadi menunjukkan bahwa Belanda datang untuk menjajah, bukan demi kemanusiaan,” jelas Joind.

Ia juga menyoroti bagaimana narasi sejarah sering kali ditulis oleh pihak yang menang, sehingga penting untuk terus mempertanyakan kebenarannya. “Bersyukur pertunjukan teater ini memberi pencerahan baru. Meski saya tidak tahu mana yang salah atau benar, ini adalah karya yang menjungkirbalikkan kenyataan sejarah,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *