“Saat ini, kami memanggil polisi untuk urusan evakuasi atau pengangkatan jenazah. Terima kasih,” lanjut pesannya.
Perjalanan Hidup dan Imamat Romo Endi
Romo Endi Sengga dikenal sebagai pribadi yang hangat dan sederhana. Ia memulai pendidikan rohaninya di SMP Seminari Matalo pada tahun 1980 dan lulus pada 1986. Setelah itu, ia melanjutkan studi ke Tahun Orientasi Rohani sebelum masuk ke Seminari Tinggi Santo Petrus sambil kuliah di STFK Ledalero, yang kini dikenal sebagai IFTK Ledalero. Pada tahun 1994, Romo Endi resmi ditahbiskan menjadi imam Katolik.
Selama menjalani panggilannya sebagai imam, Romo Endi dikenal sangat setia dan tekun. Meski menghadapi berbagai tantangan, ia tetap kokoh dalam menjalani hidup imamatnya. Sosoknya yang ramah dan rendah hati membuatnya begitu dekat dengan umat yang dilayaninya, serta meninggalkan kesan mendalam bagi mereka yang pernah mengenalnya.
Kenangan dari Rekan Seiman
Menurut salah satu rekannya di komunitas, Romo Endi sudah tidak terlihat selama dua hari. Awalnya, para anggota komunitas mengira Romo Endi sedang melaksanakan tugas di luar komunitas, mengingat jadwalnya yang cukup padat. Namun, setelah dua hari tanpa kabar, mereka mulai merasa khawatir.
Romo Endi, yang juga dikenal dengan panggilan “Kae Endi,” merupakan kakak dari Romo Yance Sengga, seorang imam yang juga dikenal sebagai ahli liturgi di Keuskupan Agung Ende. Meski memiliki gaya hidup yang berbeda, keduanya tetap berbagi komitmen yang sama dalam menjalani panggilan imamat dengan totalitas. Romo Endi, dengan kesederhanaannya, selalu hadir di tengah umatnya, sementara Romo Yance dikenal lebih kalem dan pendiam.
BACA JUGA:Â Martin Luther: Pelopor Reformasi Gereja yang Mengubah Sejarah
Kini, kepergian Romo Endi meninggalkan duka mendalam bagi komunitas dan umat yang selama ini merasakan hangatnya kehadiran sang imam. Meskipun sosoknya tak lagi hadir di tengah-tengah mereka, dedikasi dan kesetiaannya dalam menjalani panggilan imamat akan selalu dikenang.