Tragedi Athaya di Austria Bisa Jadi Skandal Baru Pemerintahan Indonesia?

RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Duka mendalam tengah menyelimuti Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Eropa.

Seorang mahasiswa berprestasi, Muhammad Athaya Helmi Nasution (19), meninggal dunia saat bertugas mendampingi rombongan pejabat Indonesia di Wina, Austria. Tragedi yang terjadi pada 8 September 2025 itu langsung menuai sorotan dari PPI Belanda yang menuding minimnya tanggung jawab pihak penyelenggara acara.

BACA JUGA: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Ramai-ramai Kapolri Didesak Usut Terlibatnya Budi Arie dalam Kasus Judol

Pada 25–27 Agustus 2025, Athaya dipercaya menjadi liaison officer (LO) untuk memandu delegasi DPR, OJK, dan Bank Indonesia selama kunjungan kerja di Austria. Selama tiga hari penuh, ia bekerja tanpa henti dari pagi hingga larut malam demi memastikan seluruh agenda berjalan lancar.

Namun, di hari terakhir, kondisi fisiknya drop. Berdasarkan pemeriksaan medis, ia mengalami heatstroke yang diperparah dehidrasi, hipoglikemia, serta gangguan elektrolit. Kombinasi itu memicu kejang dan akhirnya berujung pada stroke yang merenggut nyawanya.

Ironisnya, meski kabar duka sudah menyebar, agenda kunjungan pejabat tetap berlangsung tanpa jeda penghormatan. PPI Belanda menilai pihak event organizer (EO) dan koordinator LO lebih sibuk menyiapkan jamuan makan malam bersama pejabat, ketimbang memberikan penjelasan kepada keluarga korban.

Lebih memprihatinkan lagi, keluarga Athaya mengaku tidak pernah menerima informasi terbuka mengenai detail acara yang didampinginya, termasuk siapa saja pejabat yang hadir dalam rombongan tersebut.

Respon PPI Belanda

Melihat keganjilan tersebut, PPI Belanda akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi bernomor 038/PS/PPIBelanda/IX/2025. Dalam dokumen itu, mereka menegaskan beberapa poin penting:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *