Transconnect Expo Disosialisasikan di CFD Solo

Tak sekedar konferensi

Konferensi ini bukan sekadar tumpukan kertas kerja. Ada 600 jurnal ilmiah yang akan dipaparkan. Akan ada juga sharing session bersama kota-kota yang sudah lebih dulu modern, seperti Seoul dan kota-kota di China. Bukan untuk meniru, tapi untuk menyerap sari-sari pengalaman—ibarat belajar membuat gudeg yang tidak keasinan.

“Sharing session ini akan menjadi momen penting bagi Solo untuk belajar langsung dari pengalaman kota-kota besar,” tegas Haris, seolah-olah semangat itu bisa ditaruh di cangkir dan diseruput pagi-pagi.

Tak hanya bicara transportasi, acara ini juga menampilkan Transconnect Expo, sebuah pameran yang menggandeng pelaku UMKM Solo dan memamerkan budaya setempat. Karena, apa artinya transportasi canggih kalau batik dan serabi tidak ikut naik kelas?

“Solo mungkin bukan ibu kota provinsi, tapi kami punya semangat besar untuk jadi yang terdepan dalam pembangunan transportasi,” pungkas Haris.

Nah, sebagai pemanasan, CFD Solo edisi HUT ke-15 berubah jadi pesta rakyat. Di Perempatan Pasar Pon, warga mengenakan pakaian jadul—ada yang tampil seperti kakek buyutnya zaman Belanda. Mereka senam SKJ 98 dengan semangat melebihi atlet SEA Games, lalu bergoyang dangdut dengan iringan kenangan.

Turut hadir di sana perwakilan MTI, membawa kabar dan brosur. Sosialisasi Transconnect Expo pun meluncur di antara derap drumband PIP Semarang. Sebuah sketsa kecil, tapi dalam, bahwa di Solo, pembangunan tak melupakan budaya. Dan pembangunan transportasi, ternyata bisa dimulai dari senam massal dan goyang bersama.

BACA JUGA: Pameran Trans Connect Diperkenalkan MTI di Jakarta

Jadi, siap-siaplah, dunia. Sebentar lagi, Kota Solo akan menjadi pionir transformasi masa depan transportasi di dunia, terkhusus Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *