“Kami, penandatangan Athletes 4 Peace, menyerukan kepada UEFA untuk segera menangguhkan Israel dari semua kompetisi hingga Israel mematuhi hukum internasional dan mengakhiri pembunuhan warga sipil dan kelaparan yang meluas,” tegas pernyataan tersebut.
Gerakan ini juga menyoroti tewasnya Suleiman al-Obeid, mantan pesepak bola yang dijuluki “Pele Palestina”. Tragedi ini dijadikan simbol nyata dampak konflik yang menghancurkan kehidupan masyarakat sipil, termasuk para atlet.
Sementara itu, UEFA dikabarkan tengah mempertimbangkan opsi pemungutan suara untuk menentukan apakah Israel akan ditangguhkan. Namun, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menolak mencabut keikutsertaan Israel di Olimpiade dengan alasan bahwa semua komite nasional, termasuk Israel dan Palestina, memiliki hak yang sama di bawah Piagam Olimpiade.
BACA JUGA: Barcelona Terpuruk di Peringkat Klub UEFA 2024, Tertinggal Jauh dari Real Madrid
Gerakan 48 atlet dunia ini menjadi bukti bahwa olahraga tidak sepenuhnya netral terhadap isu kemanusiaan. Mereka menunjukkan bahwa atlet bukan hanya pelaku olahraga, tetapi juga punya suara penting dalam memperjuangkan keadilan. Meski belum jelas apakah FIFA atau UEFA akan menindaklanjuti tuntutan ini, tekanan moral dari komunitas olahraga terus menguat dan sulit untuk diabaikan.