Banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari Sri Andini. Sosok perempuan tangguh dan optimitis terhadap capaian-capaian besarnya. Bahkan ketika bisnis batu bara mulai “digoyang” akibat tuntutan transisi energi, ia masih bisa menghadapinya dengan senyuman.
Usia bukan halangan untuk seseorang melakukan hal-hal besar. Juga bukan sebagai batu sandungan untuk terus berkarya dalam meraih impian. Hal ini dibuktikan oleh Sri Andini yang menjabat Komisaris Utama PT Bukit Pembangkit Innovative (BPI) diusia yang tak lagi muda.
Meski usianya sudah genap 72 tahun terhitung sejak Mei 2023 lalu, Namun penampilannya masih terlihat charming dan energic. Tak ada kerut lelah di wajahnya, sorot matanya masih tajam dan memancarkan aura positif kepada setiap lawan bicaranya. Di mata para koleganya, Sri begitu sapaan akrabnya, kerap menjadi panutan, bukan hanya karena prestasinya yang mentereng di bisnis batu bara. Tapi juga, karena sikapnya yang bersahaja hampir ke setiap orang.
Tangguh! Begitulah sosok Sri Andini di kalangan energi ketenagalistrikan. Kontribusinya dalam membangun Indonesia juga sudah begitu panjang. Usahanya sebagai penyedia batu bara yang dijadikan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), telah memberi banyak manfaat bagi banyak orang.
Dalam kehidupannya, Ibu dari tiga anak ini sudah banyak makan asam garam. Begitu pun dalam urusan bisnis, Sri adalah sosok yang tak mudah menyerah, keluwesannya dalam bergaul dan keikhlasannya menjalani hidup, justru menjadi resepnya untuk menggapai sukses menjadi seorang business woman di bidang listrik dan energi.
Awal Mula Sri Andini Terjun ke Industri Listrik
Perkenalannya dengan industri listrik dimulai tahun 1997. Kala itu, Provinsi Sumatera Selatan tengah mengalami krisis listrik. Akibatnya, di tahun itu sepanjang lintas timur antara Lampung dan Palembang mengalami pemadaman listrik bergilir. Melihat itu, Sri yang tengah mengerjakan proyek infrastruktur di Lampung, merasa prihatin dan tergerak hatinya.
“Saya kalau ingat saat itu jadi mau menangis. Bayangkan saat itu Indonesia sudah merdeka 50 tahun lebih. Tapi untuk urusan listrik, masih banyak masyarakat yang belum merdeka,” lirihnya.
Kondisi miris itu membuat hatinya tergerak. Naluri kemanusiannya pun terketuk.
“Sejak saat itu saya terpikir untuk membangun pembangkit listrik untuk membantu masyarakat. Saya tidak mau melihat ada masyarakat yang mengalami pemadaman bergilir,” ungkapnya.
Ada pepatah lama yang mengungkapkan, “Burung pandai berkicau, tak mampu membuat sarang”. Tapi Sri bukanlah tipe orang yang hanya pandai bicara. Tapi ia juga pintar melaksanakan kata-kata. Seperti kata WS Rendra “Perjuangan adalah Pelaksanaan Kata-kata”.
Perjuangan Sri pada waktu itu, ia mulai dengan menyusun langkah strategis untuk menjadi pemasok listrik bagi PLN. Setelah itu, Sri langsung menemui orang-orang penting di daerah termasuk penjabat di bidang energi kelistrikan. Hal ini dilakukan Sri, karena memiliki keinginan kuat untuk membangun pembangkit listrik yang bertujuan membantu masyarakat agar terhindar dari “kegelapan”.
Singkat cerita, Sri Andini berhasil meyakinkan banyak pihak untuk mewujudkan rencananya. Pembangunan PLTU Banjarsari, di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, itu pun bergulir melalui konsorsium PT Bukit Pembangkit Innovative (BPI) yang terdiri dari PTBA, PT Pembangkit Jawa Bali, dan perusahaan swasta nasional PT Navigat Innovative Indonesia. Pembangunan PLTU Banjarsari mulai dibangun pada akhir 2010, selesai pada akhir 2014 dan mulai beroperasi pada akhir Juni 2015. Proyek PLTU berkapasitas 2×100 Mega Watt (MW) tersebut diperkirakan menelan dana sebesar US$320 juta.







1 komentar