Bakal Jadi Pengganti LPG, Begini Proses Pembentukan Gas DME Batu Bara

RUANGBICARA.co.id – Di tengah ambisi besar menuju kemandirian energi nasional, pemerintah Indonesia kini kembali memacu proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek ini digadang-gadang bakal menjadi solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan impor LPG yang selama ini menekan keuangan negara.

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME yang telah dirintis sejak era Presiden Joko Widodo. Kepastian ini disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.

BACA JUGA: Bahlil Jawab Enteng Tarif Trump: Biasa, Strategi Dagang Saja

“Karena kita kan impor LPG, contoh konsumsi LPG kita 8,5 juta ton, kapasitas produksi dalam negeri itu hanya 1,3. Jadi kita impor sekitar 6,5 sampai 7 juta ton,” ujar Bahlil, Jumat (24/10/2025).

Menurutnya, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Hilirisasi yang kini telah merampungkan pra-feasibility study (pra-FS) proyek DME. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat realisasi proyek pada tahun 2026 sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.

Sebagai informasi, proyek ini sejatinya telah diresmikan sejak 24 Januari 2022 melalui peletakan batu pertama (groundbreaking) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Proyek yang digarap oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tersebut sempat terhenti setelah Air Products & Chemical Inc. dari Amerika Serikat menarik diri.

Meski sempat mandek, pemerintah kini kembali menghidupkan proyek strategis tersebut. Tujuannya jelas — mengurangi impor LPG yang pada tahun 2020 mencapai USD 5,56 miliar atau sekitar Rp80 triliun.

Selain itu, aktivitas produksi DME juga diperkirakan membuka lapangan pekerjaan bagi sekitar 12.000 orang, sehingga memberikan efek berganda bagi perekonomian nasional.

Tren konsumsi LPG di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi LPG tumbuh rata-rata 5,07 persen per tahun antara 2016 hingga 2020. Sebagian besar pengguna LPG berasal dari sektor rumah tangga (96%), disusul sektor komersial dan industri.

Jika tren ini dibiarkan tanpa intervensi, konsumsi LPG pada tahun 2030 bisa meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2016. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menghadirkan sumber energi substitusi, salah satunya melalui gas DME berbasis batu bara.

Proses Pembentukan

DME atau dimethyl ether merupakan gas sintetis yang dapat dihasilkan dari batu bara, gas alam, maupun biomassa. Namun, Indonesia memilih batu bara sebagai bahan baku utama karena cadangannya yang melimpah. Berikut tahapan pembentukan DME batu bara:

1. Gasifikasi Batu Bara

Tahap awal dimulai dengan mengubah batu bara padat menjadi synthesis gas (syngas) melalui reaksi tekanan tinggi dengan air. Hasilnya berupa gas campuran hidrogen (H₂) dan karbon monoksida (CO), serta sisa pembakaran seperti abu dan kerak.

Reaksi: C + H₂O → H₂ + CO (syngas)

2. Pembuangan Gas Sulfur

Syngas yang dihasilkan masih mengandung gas pengotor seperti CO₂ dan H₂S. Karena itu, gas beracun ini harus dibuang melalui proses flaring, sehingga kualitas syngas meningkat.

3. Pengondisian Syngas

Selanjutnya, gas dikondisikan agar rasio H₂ dan CO sesuai untuk proses sintesis. Sisa gas CO₂ diserap menggunakan diethanolamine (DEA) hingga diperoleh syngas murni siap produksi.

4. Sintesis DME

Tahap ini merupakan inti proses, di mana syngas disintesis dalam reaktor menjadi DME. Proses ini juga menghasilkan gas sisa seperti CO₂, CO, H₂, dan air.
Reaksi: 3H₂ + 3CO → DME + CO₂

5. Pemurnian DME

Tahap akhir adalah pemurnian untuk menghilangkan sisa pengotor, sehingga diperoleh DME berkualitas tinggi yang siap digunakan sebagai pengganti LPG.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *