Aksi Damai
Meski kecewa, IDAI memilih jalur damai. Mereka menolak demonstrasi dan mogok kerja sebagai bentuk protes. Sebaliknya, IDAI mengajak anggotanya berdoa bersama dan mengenakan pita hitam di lengan kanan. Aksi ini dilakukan sejak 2 Mei hingga 2 Juni 2025, di seluruh fasilitas tempat dokter anak bekerja.
“Kami tetap melayani pasien emergensi seperti biasa,” tegas dr. Piprim.
Ia juga mengimbau anggota IDAI membaca istighfar hingga 20.000 kali atau membaca kitab suci, sesuai agama masing-masing.
Sebagai bentuk solidaritas, IDAI menyerukan kepada 5.400 dokter anak di seluruh Indonesia untuk mengenakan pita hitam. Aksi ini menjadi simbol perjuangan melawan kesewenang-wenangan dan intimidasi terhadap profesi dokter anak.
Menurut IDAI, tindakan pemberhentian dan mutasi sepihak ini tidak hanya melukai dokter secara personal, tetapi juga merugikan masyarakat luas, terutama pasien anak yang membutuhkan layanan spesialis jantung, tumbuh kembang, dan hematologi-onkologi.
Sebagai organisasi profesi yang telah berkontribusi besar dalam program kesehatan anak nasional, IDAI menegaskan akan terus berjuang dengan cara yang bermartabat.
BACA JUGA: Scan Retina untuk Worldcoin, Inovasi atau Ancaman Privasi?
“Kami tidak akan mundur. IDAI akan terus bersinar untuk anak Indonesia,” tutup dr. Piprim dengan suara bergetar penuh harap.