4. Tidak Digali Maksimal
Film ini sebenarnya berani mengangkat isu-isu penting seperti ketimpangan dalam relasi rumah tangga dan insekuritas maskulinitas. Sayangnya, pendekatannya masih setengah-setengah dan tidak sepenuhnya dikembangkan hingga tuntas. Isu tentang kekuasaan dalam rumah tangga dan feminisida sebetulnya punya potensi untuk jadi lapisan cerita yang kuat.
5. Kurang Variasi
Skoring film bekerja layaknya detak jantung yang konstan—mengancam tapi tidak mencolok. Editingnya juga disiplin dan tidak berlarut-larut. Namun, bagi sebagian penonton, ritme film terasa terlalu stabil hingga kurang menegangkan di beberapa bagian yang seharusnya bisa dibuat lebih eksplosif.
6. Twist kurang
Film ini tidak mencoba tampil “pintar-pintaran” dengan twist yang berlebihan. Justru, pendekatan yang realistis ini membuat Dendam Malam Kelam terasa lebih membumi. Meski sebagian penonton mungkin bisa menebak arah cerita, tetap ada beberapa kejutan kecil yang berhasil menjaga rasa penasaran.
BACA JUGA:Â Bukan Hoax, Ternyata Salju di Indonesia Sudah Turun Sebelum 2026, Namun Akan Lenyap, Mengapa?
Secara keseluruhan, Dendam Malam Kelam adalah thriller lokal yang solid namun belum bisa dibilang luar biasa. Film ini tetap layak ditonton, apalagi jika Anda belum pernah menonton versi aslinya. Namun, bagi pecinta film misteri, kekurangan dalam pengembangan karakter dan atmosfer yang terlalu datar mungkin akan terasa cukup mengganggu.