Lebak – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern dan sulitnya mencari pekerjaan, komunitas musik lokal terus berupaya bertahan dengan kreativitasnya. Salah satu grup musik akustik yang menarik perhatian di wilayah Maja, Kabupaten Lebak, adalah Majacoustik.
Dengan alunan nada bass dan aransemen khas, mereka sukses menciptakan atmosfer santai bagi para penikmat musik akustik.
Hardisk Restu Ramadhan, salah satu personil Majacoustic, mengungkapkan bahwa dirinya tetap berjuang di industri musik meskipun memiliki gelar sarjana dari salah satu kampus di Rangkasbitung.
BACA JUGA: Tsnada, Meeting Point yang Bernada Jazz
Baginya, bermain musik adalah cara bertahan hidup di tengah sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, terutama di tengah kebijakan ‘Efisiensi Anggaran’ yang berdampak pada banyak sektor.
“Hanya ini yang sekarang bisa dilakukan. Lapangan pekerjaan sulit, padahal Maja – Lebak masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Citra Maja Raya dan dekat dengan kawasan industri besar di Tangerang dan Serang,” ujar Hardisk kepada Ruang Bicara, Sabtu (15/2/2025).
Namun, kehidupan sebagai musisi jalanan tidaklah mudah. Setiap kali tampil di Dapoer Maja, Majacoustic hanya mengandalkan honor yang tak seberapa dan saweran dari para pengunjung yang berbaik hati. Penghasilan mereka berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per penampilan, yang harus dibagi kepada empat personil lainnya.
“Kami hanya mendapatkan Rp100 ribu, kadang juga Rp50 ribu per orang. Tapi setidaknya, ini masih bisa membantu bertahan,” tambah Hardisk.